Utuh Wahyu 3:1



Dengan perkembangan teknologi, komunikasi antar manusia mangkin canggih saja. Dulu, untuk tahu kabar kekasihnya yang diluar kota, orang menulis surat dan baru terima sekian hari kemudian. Yang didapat hanya tulisan, kadang ditambah foto. Lalu orang bisa menelpon, yang didapat hanya suara tapi langsung terjadi. Muncullah internet, dimana kita bisa mengirim email berwujud tulisan dan gambar yang bisa langsung diterima. Kini, orang melakukan video call, dimana ia bisa mendengar suara dan melihat wajah langsung. Tapi itu, tetap belum utuh. Kita tetap belum bisa menyentuh atau mencium aromanya, misalnya. Saya yakin akan ada inovasi selanjutnya yang berusaha memenuhi ini.

Hal yang utuh selalu dicari. Secangih-canggihnya tekonologi, komunikasi paling memuaskan adalah komunikasi secara langsung karena disitu kita bisa berjumpa orang secara utuh. Kita tak akan suka mendapat honor, misalnya, tapi tidak utuh. Sudah dipotong sana-sini. Kita tak akan puas membaca buku yang halamannya robek sebagian hingga tak bisa terbaca, nonton flim yang terpotong 10 menit, diberi pujian namun disambung dengan kata “tapi” (mis: pekerjaan anda bagus, tapi..) dll. Di pasal ini, kita membaca pesan Tuhan kepada jemaat di berbagai kota. Kali ini adalah pesan kepada jemaat di Sadis, Filadelfa, dan Laodikia. Jemaat Sardis kaya dan tampak rajin beribadah. Tapi Tuhan berkata, kerohanian mereka sudah mati (ay.1). jemaat Laodikia kaya dan berkelimpahan tapi hal itu membuat mereka sombong dan tak lagi mengandalkan Tuhan (ay.17). kondisi berkebalikan dialami jemaat Filadelfia yang meski lemah (ay.8), tetapi mereka taat, tekun, dan berharap penuh pada Tuhan (ay.10).

Di mata Tuhan, jemaat Filadelfialah yang berkenan bagi-Nya. Bagi Tuhan, apa yang sekedar tampak di luar, entah itu kerajinan dalam beribadah atau kehidupan yang tampak diberkati secara jasmani, tidak berarti apa-apa jika apa yang di dalamnya tidak benar. Tuhan menginginkan sesuatu yang utuh, bukan polesan atau pencitraan belaka. Jangan pernah mengira kita bisa memperdayai-Nya. Jadilah oang Kristen yang utuh, yang imannya bukan sekedar di mulut tapi juga di hati dan pikiran. Bukan yang sekedar pandai memperkatakan firman tapi juga meresapi dan melakukannya.


Post a Comment

0 Comments