Di
Pulau Patmos, Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan, dimana ia
dibveri karunia untuk menyaksikan kmeuliaan Allah secara langsung. Yohanes
menggambarkan Allah yang dilihatnya seperti sosok Anak Manusia berpakaian jubah
yang panjangnya sampai kaki dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah dan mata-Nya
bagaikan nyala api. Kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam
perapia dan suara-Nya bagaikan desau air bah. Di tangan kanan-Nya Ia memegang
tujuh binatang, dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan
wajah-Nya bersinar bagaikan terik matahari.
Dalam
pasal ini, Yohanes menceritakan bahwa ia tidak sanggup menatap kedahsayatan
Allah, sehingga tungkai kakinya mendadak terlalu lemas untuk menopang tubuhnya.
Ia pun tersungkur di depan kaki-Nya seperti orang mati. Namun, dalam suasana
hati diliputi rasa takut, Allah meletakkan tangan kanan-Nya ke atasnya dan
berkata; “Jangan takut!” Perkataan tersebut menunjukkan bahwa Allah yang
dahsyat itu tidak ingin Yohanes mareasa takut kepada-Nya. Hal yang sama juga
berlaku pada kita. Allah ingin kita datang mendekat, bukan menjauh dari-Nya.
Justru karena Allah kita dahsyat, Dia ingin kita memercayakan segenap hidup
kita kepada-Nya.
Penglihatan
Yohanes ini bisa menjadi kekuatan dan peneguhan iman kita kepada Allah di
tengah-tengah kehidpan kita saat menghadapi berbagai tekanan hidup di dunia
ini. Ia hadir di tengah-tengah kehidupan umat-Nya dengan kemuliaan dan
keagungan-Nya. Ketika kia dapat merasakan kemuliaan dan kasih Allah yang begitu
dahsyat dalam hidup kita, tidak perlulah kita khawatir akan apa pun, karena
kita punya Allah yang jauh lebih besar dari semua persoalan yang kita hadapi.
Kemulian-Nya ada sumber kesembuhan, kekuatan dan sukacita dalam hidup kita. Ia
mau mendekatkan diri-Nya pada kita dan memberikan kekuatan kepada kita untuk
tetap teguh beriman bahwa Dialah Allah Sang Pemegang kunci kehidupan. Amin
0 Comments