BAB I
1.1 Latar
Belakang
Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Musik digunakan secara luas oleh manusia dalam berbagai
suasana dan tujuan. Salah satu tujuan yang digunakan yaitu untuk acara-acara
ibadah. Gereja – gereja di Indonesia mempunyai tim musik yang dalam pelayananya
menggunkan berbagai macam alat musik seperti gitar, bass, piano, keyboard,
drum, violin, saxophone, trumpet. Dan berbagai macam alat musik lainnya. Adanya
song leader sebagai pemimpin yang mengkordinaksikan.
Seni mempunyai peran penting dalam ibadah gereja,
terutama seni musik yang sangat berperan penting dalam proses ibadah. Seni
musik digunakan oleh manusia sebagai sarana puji-pujian untuk menyerukan
nama-Nya, selain untuk sarana puji-pujian seni musik juga sangat berperan
penting untuk menciptakan suasana khidmat dalam ibadah.
Alat musik seperti gambus, kecapi, seruling, ceracap
juga terdapat dalam kitab Mazmur pasal 150 ayat 1-6. Alat musik digunakan pada
zaman dahulu untuk mengiringi nyanyian dan pujian kepada Tuhan. Lagu-lagu
pujian rohani mulai diciptakan oleh Daud untuk mengadakan ibadah dan
penyembahan kepada Tuhan.
Pada saat ibadah, saya melihat adanya pengkodean
(semiotic) pada pemain musik yang dipimpin oleh song leader. Penggunaan kode
penjarian oleh song leader kepada pemusik bertujuan untuk mengatur iringan
musik band. Kode penjarian berguna untuk beberapa fungsi seperti (1. Untuk
menunjukkan nada dasar 2. Untuk modulasi 3. Untuk mengakhiri lagu 4. Untuk
interlude 5. Untuk verse 6. Hanya drum 7. Hanya piano dan sebagainya.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah
yang penulis uraikan adalah sebagai berikut:
1.
Defenisi musik
2.
Bagaimanakah
peranan musik pada ibadah di Gereja
3.
Bagaimanakah
kegunaan dan proses latihan tim musik pada ibadah Gereja
1.3 Tujuan
Penelitian
Yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui
bagaimana peran musik iringan pada ibadah di Gereja
2.
Untuk mengetahui
kegunaan dan proses latihan tim musik pada ibadah di Gereja
3.
Untuk mengetahui
perbedaan pujian dan penyembahan
1.4 Manfaat
Penelitian
Adapun yang menjdi manfaat penelitian ini antara lain:
1.
Menambah ilmu
dibidang musik khusunya musik dalam pelayanan di Gereja
2.
Menambah wawasan
dalam perkembangan musik dalam musik Gereja
BAB II
2.1 Defenisi
Musik
Musik adalah ilmu atau seni dalam menyusun nada-nada
dan bunyi secara teratur untuk menghasilkan suatu bentuk yang mempunyai
kesatuan dan kesinambungan. Menurut Phytagoras, musik adalah suatu sistem dari
bunyi dan irama yang berada di bawah pengaruh hukum matematika yang terdapat di
alam ini. Menurut Aristoteles, musik adalah suatu yang dapat di pakai untuk
mengungkapkan dan meniru apa yang terdapat dalam hati atau jiwa seseorang.
2.2 Musik
Ibadah
Musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan, sehingga
untuk mencapai hasil yang prima dalam ibadah kita harus menggabungkan keduanya.
Oleh karena itu peranan musik adalah untuk menciptakan kesadaran dan kehadiran
Allah dan suasana ibadah, menghidupkan juwa manusia, menyatukan jemaat dalam
suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat. Dengan kata lain,
musik dapat menjembatani hubungan antar iman seseorang dengan perasaan sikap
hidupnya. Oleh karena itu ibadah merupakan ungkapan syukur atau jawaban umat
atas karya penyelamatan Allah di dalam Kristus. Ibadah bukan upaya untuk
memperoleh atau menggapai keselamatan yang telah dikaruniakan Allah. Itulah
sebabnya pamahaman tentang ibadah tidak dapat di pisahkan dari pemahaman iman
gereja atau dapat dikatakan bahwa ibadah merupakan cermin pemahaman iman
gereja.
Musik memegang peranan penting dalam masyarakat di
jaman sekarang ini, karena musik mempunyai kegunaan dan fungsi di dalam
kehidupan manusia. Musik dipakai sebagai alat untuk menyampaikan arti identitas
dari masyarakat itu sendiri. Allah mencipakan manusia untuk kemuliaan-Nya,
menciptakan musik khusus disesuaikan dengan bentuk pelayanan yang ditunjukkan
pada umat-Nya.
Dalam teori dan konsep nyanyian musik gereja, Praise and Worship (PW/ Pujian &
Penyembahan) adalah pelayanan yang tidak hanya mengenal bagaimana cara bermain
aransemen musik dengan baik atau menyanyi dengan bagus, namun juga kita belajar
bagaimana mencintai dan merasakan musik yang dimainkan sehingga musik tersebut
sampai kepada Tuhan. Jika atau hanya sekedar melayani tanpa sasaran yang jelas,
akibatnya akan membuang waktu.
Dengan adanya pemikiran tersebut dapat disimpulkan
bahwa musik ibadah adalah tidak lain dari pada pekerjaan gereja yaitu pelayanan
terhadap Allah. Musik dalam ibadah bukan untuk iintertainment, bukan untuk
menyenangkan style dari pendeta, dan bukan untuk mempertahankan kebudayaan
maupun tradisi dari perjanjian lama atupun baru.
2.3 Musik dalam
Alkitab
Ada tujuh cerita dari Alkitab yang disahkan kembali
secara singkat. Kalau kita membaca setiap cerita dengan teliti, mungkin kita
akan merasa heran (sama seperti kita merasa heran ada sekian banyak jawaban
atas peranyaan: Mengapa manusia membuat musik?)
a.
Untuk bermain.
Pernah Tuhan Yesus menggambarkan sekelompok orang dewasa sebagai anak-anak
kecil yang sedang berbantah-bantah tentang cara mereka akan bermain
bersama-sama. Dalam kisahNya itu Yesus berkata kira-kira sebagai berikut: “Kami
main suling dengan gembira bagi kalian, seperti yang biasa pada perkawinan,
tetapi kalian tidak mau menari! Kami pun menyanyikan lagu perkabungan bagi
kalian, tetapi kalian tidak mau menangis!” (Mat 11:16-17).
b.
Untuk menambah
semangat. Ketika pasukan Gideon yang terdiri dari tiga ratus orang itu pergi
melawan musuh-musuh mereka yang berjumlah 135 ribu orang, Gideon memakai
alat-alat senjata yang aneh. Tiap prajurit membawa serta terompet itu ditiup
secara serentak, sehingga mengeluarkan bunyi yang keras. Musuh-musuh pasti
berpikir: Waduh! Kalau anggota band
angkatan bersenjatanya saja sudah sebanyak iu, coba bayangkan berapa banyak
jumlah seluruh bala tentaranya! (Hakim 7:19-21).
2.4 Musik
Pengiring Ibadah
Musik rohani adalah musik yang mengandung nilai-nilai
ibadah. Musik dapat membantu proses ibadah karena bersifat ekspresif dari pada
berbicara. Segala perasaan manusia dapat disampaikan dengan intesitas yang
lebih tinggi dan diekspresikan melalui nada-nada, melodi, tempo, dan irama yang
ada di dalam musik. Dua manfaat dari musik rohani adalah: Relasi vertical,
musik rohani, bisa disebut musik gerejawi, merupakan sarana pendukung yang
meliputi penyembahan, pemujaan, doa, dan pengucapan syukur. Hal ini sesuai
dengan arti penyembahan yang dalam bahsa inggris kuno, yaitu weorthscipe. Kaa ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu weorth (worthy) dan scipe (ship). Artinya, menghargai atau
menghormati seseorang.
Relasi horisontal. Musik rohani dapat membangun iman
dan kehidupan umat Kristen. Dengan musik rohani, persatuan dapat ditingkatkan
dan diekspresikan. Selain itu, musik rohani dapat digunakan untuk menegur,
menasehati, menghibur, dan menobatkan sehingga dapat meningkatkan persatuan.
Musik dapat dipakai untuk bersaksi tentang kebesaran, kemahakuasaan dan
pertolongan Tuhan.
Pada awalnya, bentuk musik rohani adalah berupa hymne,
namun belakangan ini terdapat banyak aliran musik yang muncul karena adanya
apresiasi hal tersebut diakibatkan manusia yang sangat kreatif dan selalu ingin
menciptakan hal baru, sehingga bentuk musik rohani juga mengalamai perubahan
seperti adanya bentuk musik iringan band dalam gereja.
Bentuk band sebagai musik di Gereja merupakan satu hal
yang positif yang dapat mendukung pelayanan saat ibadah. Penggunaan band
sebagai pengiring ibadah dapat mempengaruhi hati para jemaat agar lebih setia
dan selalu aktif untuk beribadah ke gereja. dalam pujian dan penyembahan musik
band dapat menjadi semangat dalam memuji Tuhan.
Band sebagai musik pengiring dalam ibadah gereja sudah
menjadi hal yang wajar. Musik band yang telah dipersiapkan dengan baik, dapat
membuat suasana hati dan pikiran jemaat untuk lebih focus dalam beribadah di
gereja. dalam iringan musik band di Gereja memiliki beberapa instrument seperti
gitar, bass, drum, piano, keyboard, combo, violin, saxophone.
Alat-alat musik yang disebut-sebut di dalam Alkitab
sebenarnya hampir tidak ada lagi, juga hanya sedikit gambar atau ukiran dari alat-alat
musik itu. Namun demikian, para ahli ilmu purbakala dapat menolong kita
menemukan banyak penjelasan tentang alat-alat musik yang disebut tidak ada
lagi; juga hanya sedikit gambar dan ukiran dari alat-alat musik itu. Namun
demikian, para ahli ilmu purbakala dapat menolong kita menemukan banyak
penjelasan tentang alat-alat musik yang disebut-sebut di dalam Alkitab.
Iringan musik band tersebut mempunyai interaksi antara
pemain dengan yang lainnya dengan cara memakai tanda-tanda menggunakan jari
sebagai tanda yang biasa dilakukan, seperti halnya jari telunjuk mempunyai
peran penting dalam mengulang bait pertama, jari telunjuk dan jari tengah
menyatakan refrain, tiga jari untuk tengah, manis dan kelingking berfungsi
sebagai penghabisan lagu diulang sebanyak tiga kali, hal tersebut sepertinya
sudah turun temurun untuk dilakukan sehingga setiap pemain musik di gereja
tersebut sudah memahaminya
BAB III
3.1 Bidang
Pelayanan Musik
Musik sebagai ibadah salah satu dari ketiga dimensi
penyembahan atau ibadah kepada Allah adalah dimensi ke atas, yang oleh penulis
surat Ibrani dituliskan: “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, seanantiasa
mempersembahkan korban syukur kepada Allah yaitu ucapan bibir yang memuliakan
nama-Nya (Ibrani 13:15-16).
Di sini terkandung makna pujian seabgai ucapan yang
memuliakan Tuhan. Memuji Tuhan adalah korban syukur yang berkenan pada-Nya.
Musik vocal maupun musik instrument adalah unsur yang terdapat di dalam pujian,
dimana pujian itu adalah bagian dari pada ibadah yang Allah kehendaki. Ibadah
dalam bentuk respon melalui pola dan aktivitas hidup, termasuk apa yang keluar
dari bibir mulut kita.
Kristus sendiri memberi teladan dalam hidup ibadahnya
yang kaya dengan pujian. Yesus memakai waktu terbaik untuk menguatkan hatinya
mengahadapi saat tersulit. Saat setelah jamuan Paskah Ia menyanyikan Mazmur
113-118 dan Mazmur 136 yang dinyanyikan dalam bentuk “chant” mengulangi nats
yang berbunyi “Bahwasannya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya”. Ada
penafsiran yang mengatakan bahwa Yesus menyanyikan “halel” (hilul) atau dalam
bahasa Inggris disebut “festal jubilation” yaitu pujian kepada Allah yang biasa
digunakan dalam ibadah Yahudi.
3.2 Unsur-unsur
Dalam Musik
Memang di jaman Luther dan Calvin sistem metris sudah
ada hingga orang dapat melagukannya dengan baik. Dari padanya tak dapat
disangkal adanya perkembangan dari musik itu hingga menghasilkan unsur-unsur
musik yang menonjol dan sangat perlu dipelajari. Unsur-unsur yang menonjol di
dalam musik adalah: Melodi, Syair, Harmoni dan Ritme. Keempat hal ini harus
dijadikan patokan bahwa musik itu berbobot dalam pengaruhnya.
3.3 Perbedaan-perbedaan
Antara Pujian dan Penyembahan
Hampir sama sulitnya untuk memisahkan pujian dan
penyembahan sebagaimana membagi jiwa dan roh adalah dua aspek yang berbeda dari
manusia tampaknya jelas, namun sulit sekali kita mendefenisikan
perbedaan-perbedaan keduanya. Begitu juga pujian dan penyembahan adalah dua hal
yang berbeda, namun mereka seringkali tidak mungkin dipisahkan. Ada empat
ekspresi yang saling berkaitan erat sekali, yaitu doa, ucapan syukur, pujian
dan penyembahan, daerah masing-masing ekpresi ini saling menutupi sebagaian
(overlap). perhatikan diagram berikut ini:
Beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan
pujian dan penyembahan , yaitu:
a.
Tuhan tidak
membutuhkan puji-pujian kita; kitalah yang perlu memuji Dia.
Tuhan telah memerintahkan kita untuk memuji, bukan
karena berguna bagi Dia melainkan ini membawa perubahan dalam kita. Ini menempatkan
kita pada hubungan yang benar dengan Tuhan dan ini adalah langkah yang perlu
dalam proses penyengkalan diri. Tuhan menerima berlimpah-limpah pujian dari
ciptaan-ciptaan-Nya yang lain yang tak terhitung banyaknya – Dia boleh
dikatakan akan melakuklanitu jika kita menolak untuk memuji-Nya. Namun Bapa
mencari penyembah-penyembah benar (Yohanes 4:23). Perhatikan bahwa Bapa mencari
penyembah-penyembah bukan penyembahan.
b.
Pujian kadang
dapat menjadi jauh, namun penyembahan biasanya intim.
Hati manusia tidak perlu harus dekat dengan Tuhan agar
pujian terjadi. Yesus berkata bahwa batu-batu akan berteriak jika murid-murid
tidak memuji Dia (Lukas 19:37-40). Perhatikan (Mazmur 148:3-12 – Siapapun atau
apapun dapat memuji, pohon-pohon, gunung-gunung, sungai-sungai, matahari, bulan
dan bintang semua memuji Tuhan, namun Tuhan tidak mempunyai hubungan dengan
satupun dari antara mereka.
Penyembahan itu berbeda. Ia membawa kita dekat dengan
Tuhan. Hubungan adalah sebuah persyaratan untuk penyembahan sebab penyembahan
adalah jalan raya dua arah, melibatkan baik memberi dan menerima. Adalah
mungkin bagi pujian untuk hanya dengan satu arah, namun penyembahan melibatkan
persekutuan dan persahabatan.
c.
Tujuan pujian
kebanyakan horisontal, sementara penyembahan terutama berinteraksi vertikal.
Banyak yang terjadi pada tingkat horisontal bila kita
memuji, kita berbicara satu dengan yang lain dan kita mengumandangkan pujian
bagi Tuhan di hadapan sesama. Namun penyembahan lebih pribadi sifatnya dan jauh
lebih banyak dipenuhi dengan pribadi Tuhan. Pujian dapat sebagai pintu gerbang
menuju penyembahan. Musik adalah katalisator untuk penyembahan dan tidak pernah
menjamin atau bahkan menandakan penyembahan.
d. Perbedaan
terakhir antara pujian dan penyembahan dapat dilihat dalam hal kita
kadang-kadang-kadang perlu menceburkan diri ke dalam pujian dengan agresif.
Seringkali kita perlu membangkitkan tubuh dan jiwa kia
untuk memuji Tuhan. Namun penyembahan tampaknya beroperasi pada tingkat yang
berbeda dan tidak membutuhkan usaha manusiawi sampai pada derajat yang sama.
Penyembahan seringkali bercirikan tenang dan tenggelam dalam hadirat Tuhan.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Kesimpulan yang dapat penulis bisa ambil adalah. Musik
tidak dapat dipisahkan dari ibadah gereja, bukan hanya ibadah saja tapi dari
masyarakat Kristen yang mencintai seni musik. Oleh sebab itu gereja harus bisa
membina warga gereja termasuk anak muda sekalipun untuk dapat bermain musik di
dalam suatu ibadah di dalam gereja. Agar terciptanya suatu ibadah yang harmonis
dan indah bila di iringi oleh musik.
Bukan hanya membina warga gereja tetapi juga membuka
kursus musik untuk regenerasi pemain musik yang akan datang guna menjaga
keharmonisan dalam pelayanan dan keharmonisan dalam lingkungan jemaat. Dan
sebagai dasar untuk melayani Tuhan, saya berharap di Gereja manapun dan
golongan apapun harus bisa membina warga gereja nya dalam mengambil pelayanan
bukan hanya di bidang musik saja melainkan di bidang-bidang lainnya.
Tuhan menciptakan manusia tujuannya untuk memuliakan
nama-Nya oleh sebab itu marilah kita manusia memakai pengetahuan dan memakai
hikmat yang kita miliki untuk memuliakan bahkan menyembah Dia. Janganlah
pengetahuan yang kita memiliki membuat kita menjadi sombong dan mengandalkan
kekuatan kita dalam segala hal.
Musik diciptakan bertujuan agar terciptanya ibadah
yang indah dan harmonis, menjadi perantara jemaat untuk memiliki perjumpaan
khusus lewat pujian dan penyembahan, dan biarlah kita melestarikan musik yang
ada, walapun di jaman sekarang sudah banyak lagu-lagu baru biarlah lagu-lagu
lama kita juga nyanyikan agar dapat di lestarikan dan dibagikan kepada anak
cucu kita.
Karena musik adalah dari Allah dan untuk dikembalikan
kepada Allah maka kita harus melihat kembali apa yang perlu kita kerjakan untuk
musik agar menempati porsi yang benar. Pertama, kita harus menyadari betapa
besar dan kuatnya pengaruh musik terhadap banyak hal, terutama emosi manusia. Kedua,
seni tidak dapat dicegah perkembangannya tetapi harus diikuti tanpa ikut
terhanyut di dalamnya. Dalm hal ini kita harus bergantung kepada pimpinan Roh Kudus. Bila kita telah
memakai jenis musik yang mana saja, jangan lupa untuk mencari pujian bagi diri
pribadi. Thomas L. Are dalam bukunya “Faithsong” menulis bahwa musik itu mati,
yang dapat memberikan hidup adalah penyayian atau pemain musiknya. Jadi semua
yang dilakukan oleh pemain musik atau penyanyi akan tercermin dalam musik yang
dibawakannya. Ketiga, semua orang yang terlibat dalam pelayanan musik dalam
gereja harus ingat bahwa mereka melayani Allah, janganlah mencoba untuk
meninggikan diri sendiri. Tetapi dengan rendah hati memberikan semua yang
mereka punyai, baik,bakat, talenta dan sebagainya bagi Allah. Ingat, ini bukan
berarti kita harus berpuas diri dan tidak usah belajar lagi, karena semua sudah
diserahkan kepada Roh Kudus. Justru kita harus meningkatkan diri agar pelayanan
musik makin meningkat dan makin sempurna. Kesempurnaan harus selalu kita kejar.
DAFTAR PUSTAKA
DR. J.L. Ch. Abineno, 2005, Unsur-unsur Liturgika Yang Dipakai Oleh Gereja-gereja Indonesia, Jakarta,
Pt Bpk Gunung Mulia.
Bryan Chappel, 2015, Christ Centered Worship Kiranya Injil Membentuk Perbuatan Kita, Malang,
Literatur Saat.
Baker’s, Dictionary
of Theology, Michigan: Grand Rapids, Baker Book House, 1960.
Douglas, J. D., Ensiklopedi
Alkitab Masa Kini Jilid 2, Jakarta: OMF/Yayasan Bina Kasih, 2000.
Webster’s New
World Dictionary of the American Language, New York: The World Publishing
Company, t.t.
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1986.
Van Olst, E.H., Alkitab
dan Liturgi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Sorge, Bob, Mengungkap
Segi-Segi Pujian dan Penyembahan, Jogjakarta: Andi Offset, 1991.
Ranchman Rasid, Pengantar
Sejarah Liturgi, Jakarta: Bintang Fajar, 1999.
Riemer, G., Cermin
Injil, Jakarta: Yayasan Komunikasi Binakasih/OMF, 1995.
Douglas J.D (ed), Ensiklopedia
Alkitab Masa Kini jilid I, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004
G Riemer, Cermin
Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995
F. White James, Pengantar
Ibadah Kristen, BPK-GM, Jakarta: 2011
0 Comments