Surat-Surat Dari Penjara



            Surat Efesus, Kolose, Filipi, dan Filemon, umumnya dikenal sebagai “surat-surat dari penjara,” karena sewaktu menulis surat-surat itu, Paulus berstatus sebagai narapidana. Kesulitannya adalah di penjara mana ia menuliskan surat-surat ini ? Dari pemenjaraan Paulus yang tercatat di Kisah Para Rasul, pemenjaraan di Filipi jelas harus di kesampingkan, sehingga disini saya akan membahas alternatif ketiga yang di bahas di buku yang ditulis oleh Donald Guthrtie ini, yaitu pemenjaraan di Efesus. Meski tidak tercatat di Kisah Para Rasul, banyak theolog menganggap Paulus pernah di penjara disana. Dan jika hal itu benar ada hal yang harus dipertimbangkan berikut Bukti yang dapat diringkas sebagai berikut :
1.     Di 2 Korintus 11:23 Paulus berkata bahwa dibandingkan dengan pelayanan Kristus yang lain, ia “lebih sering di dalam penjara.” Tetapi berdasarkan catatan Kisah Para Rasul hingga surat 2 Korintus ditulis, ia baru pernah di penjara di Filipi.
2.     Kata ethēriomachēsa (melawan bianatang buas) di 1 korintus 15:32 di anggap harus di tafsirkan secara harfiah, yang berarti Paulus pernah akan di lempar ke dalam arena di Efesus.
3.     Di 2 Korintus 1:8 Paulus berbicara tentang berat nya beban (thilipsis) yang ia pikul di Asia, sehingga ia sempat putus asa bahkan atas hidupnya.
4.     Priskila dan Akwila dianggap paling mungkin mempertaruhkan nyawa bagi Paulus (Rm. 163-4) di Efesus. Peristiwa ini jelas terjadi sebelum Roma ditulis atau setidaknya sebelum Roma 16, jika pasal ini merupakan catatan terpisah.
5.     Menurut Klemens dari Roma, Paulus tujuh kali dipenjara (Ad Cor. v.6).
6.     Ada bangunan di Efesus yang di kenal sebagai penjara Paulus.
7.     Prolog Marcion atas surat Kolose menegaskan bahwa surat ini ditulis dari Efesus.

Duncan mengakui bahwa semua bukti ini perlu didukung oleh bukti tidak langsung dari dalam surat-surat itu sendiri. Tetapi bukti internal baru bisa mendukung pemenjaraan di Efesus jika dasar yang memadai untuk mengasumsikan pemenjaraan ini.

            Catatan tentang seringnya Paulus di penjara jelas menunjukkan bahwa Kisah Para Rasul tidak merekam seluruh peristiwa krisis yang Paulus alami, dan ini membuka jalan bagi kemungkinan pemenjaraan di Efesus. Tetapi bisa jadi Paulus di penjara di tempat-tempat lain. Dodd mengkritik para penafsir yang mengartikan ethēriomachēsa di 1 Korintus 15:32 secara harfiah karena alasan berikut:
1.     Di konteks yang sama Paulus berkata “tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut” padahal sewaktu menulis ia adalah orang merdeka. Karena itu, maut di sini hanya bisa berarti metafora.
2.     Jarang warga Negara Roma dilempar ke tengah singa, dan hukuman seperti ini tidak pernah secara resmi dijatuhkan kepda warga yang sekedar dituduh merampok Bait Suci (seperti pendapat Duncan). Ucapan Paulus di sini sepenuhnya hipotesis dan tidak mengharuskan ia benar-benar dilempar ke dalam arena. Hipotesis Efesus mengasumsikan hal ini setidaknya mungkin, yang menurut Dodd sangat meragukan. Berdasarkan nubuat Paulus kepada penatua Efesus bahwa “serigala-serigala ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu” (Kis.20:29). Yang mau Paulus katakana adalah jika kebangkitan tidak terjadi, maka ia lebih baik bergabung dengan para materialis yang menganut filsafat “marilah kita makan dan minum.” Dan bukannya melawan mereka.  

Penderitaan (thlipsis) di 2 Korintus 1:8 (yang tampaknya cukup serius karena Paulus merasa seperti   telah dijatuhi hukuman mati), memang akan menjadi jelas jika ia pernah dipenjara dan di ancam hukuman mati; tetapi apakah ayat ini mengharuskan teori Efesus ? menurut Paulus, dia dan mungkin para rekannya (ia memakai bentuk jamak “kami”), menanggung beban yang begitu besar dan berat, dan berkata bahwa ia telah diselamatkan dari “kematian yang begitu ngeri” (ay.10). Hal ini memang bisa berarti pemenjaraan, tetapi juga dapat merujuk kepada penyakit atau krisis rohani yang serius.

Hal ini harus terjadi setelah konflik 1 Korintus 15:32 karena Paulus menulis seolah-olah membertahukan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Duncan meletakkan peristiwa ini setelah kunjungan dukacita Paulus ke Korintus dan mengaggap hal ini bukan terjadi di Efesus melainkan di suatu tempat di Provinsi Asia, mungkin Laodikia. Tetapi pembedaan kedua pemenjaraan ini relatif memperlemah keduanya.

Meski tidak mustahil, bisa diragukan apakah Priskila dan Akwila “mempertaruhkan nyawa” bagi Paulus saat ia dipenjara di Efesus.kita tahu mereka ada di Efesus. Lalu sampailah mereka di Efesus. Paulus meninggalkan Priskila dan Akwila  di situ. Ia sendiri masuk ke rumah ibadat dan berbicara dengan orang-orang Yahudi (Kis 18:19). Tetapi tidak mendegar berita tentang mereka setelah Paulus tiba disana. Ketika Apolos masih di Korintus, Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman dan tiba di Efesus. Di situ didapatainya beberapa orang murid (Kis 19:1).

Bukti eksternal lebih sulit. Klemens mungkin sekedar merujuk 2 Korintus 11:23 apakah mereka pelayan Kritstus ? – aku berkata seperti orang gila – aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Meski angka tujuh tampak seperti kepingan taradisi otentik. Jika sah, tulisan Klemens ini bisa meneguhkan adanya pemenjaraan yang tidak tercatat di Kisah Para Rasul, tetapi ini tidak membuktikan pemenjaraan ini terjdi di Efesus. Pelemparan Paulus ke tengah arena singa tercatat dalam dua kitab apokrifa yang sulit dianggap sebagai bukti tradisi yang otentik. Catatan kisah Titus akan peristiwa ini mungkin berasal dari dari kisah Paulus, dan kisah Paulus terlalu berani memasukkan fiksi sehingga datanya sulit diyakini.

Bisa jadi Paulus memang pernah di lempar ke tengah arena, tetapi kedua karya palsu diatas meletakkan peristiwa ini dalam latar yang tidak banyak mendukung teori pemenjaraan di Efesus.

Karakter teks yang tidak lengkap membuat kita tidak dapat memastikan dimana penulis meletakkan peristiwa Efesus, tetapi sangat mungkin ia menganggap peristiwa ini terjaadi setelah Paulus lepas dari pemenjaraan Roma yang pertama.

Kita tidak dapat menilai pemenjaraan Paulus di Efesus terlalu tinggi karena sejarah atau asal mulanya tidak diketahui, dan pemaparan tentang kamungkinan ini bisa jadi sekedar dugaan pintar yang didasarkan pada dua kisah apokrifa di atas.

 Bukti yang telah kita teliti ternyata tidak cukup kuat mendukung pemenjaraan di Efesus, tetapi kita masih harus memeriksa diamnya Kisah Para Rasul. Paulus tampaknya tinggal di Efesus sekitar  tiga tahun (Kis. 20:31) Sebab itu berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam, dengan tiada berhenti menasihatkan kamu masing-masing dengan mencucurkan air mata. Kalimat ini menunjukkan suatu karya misi yang berkesinambungan.

Kesinambungan ini jelas menyulitkan hipotesis Paulus di penjara di Efesus, kesulitan yang lebih besar adalah saat mengisahkan pelayanan Paulus di Efesus, Kisah Para Rasul sama sekali tidak mencatat ia pernah dipenjara disana. Di Efesus memang terjadi keributan, tetapi pada waktu itu Paulus tidak hadir disana karena dicegah oleh para pembesar di Asia, yang bertugas memelihara ketertiban beragama.

Tetapi sulit dipikirkan bagaimana mereka bisa “memperingati” Paulus agar mau ditahan (bdk. Kis. 19:31) dan seandainya penahanan ini sungguh-sungguh terjadi, tetap tidak sebanding dengan beratnya pemenjaraan yang tercermin dalam surat-surat dari penjara.

Dugaan Duncan bahwa pada masa yang lebih awal Paulus pernah dipenjara dan di dalam penjara itu menuliskan surat Filipi, menimbulkan sedikit keberatan. Dalam hal ini, diamnya Kisah Para Rasul tidak berkonotasi negative karena ada data lain dari priode ini yang tidak Lukas catat (bdk. Daftar 2 Korintus 11:21 dst). Tetapi jika surat Filipi ditulis di sini, kesulitan utamanya adalah menemukan alas an mengapa Lukas tidak mencatat krisis sepenting yang tercata di Filipi 1. Dikatakan bahwa penahanan ini tidak di catat karena singkat dan berakhir dengan pembebasan Paulus.

Catatan pelayanan di Efesus di Kisah Para Rasul begitu sedikit sehingga tidak mustahil ada krisis yang tidak terekam. Tetapi jika Paulus benar-benar di penjara disana, sulit memahami mengapa Lukas lenih memilih untuk mencatat kerusuhan dan bukannya pemenjaraan yang dampaknya lebih serius bagi Paulus, meskipun di pihak lain, kita harus memperhitungkan fakta bahwa Lukas tidak berada di Efesus pada saat Paulus melayani disana, sehingga ia tidak memberikan laporan tangan pertama.

Catatan pemberontakan akan sesuai dengan maksud Lukas yang mau mengilustrasikan cukup adilnya para pejabat Roma dan ia memiliki laporan yang jelas akan hal ini. Ia mungkin menggap tidak ada gunanya menyebut pemenjaraan yang lain, bahkan jika ia mengetahuinya.

Kesimpulan : Ada banyak pendapat bahwa Paulus pernah di penjara di Efesus. Bukti-bukti yang saya baca tidak cukup kuat, untuk memastikan Paulus di penjara di Efesus. Banyak isu-isu mengatakan Paulus memang pernah di penjara disana. Ada juga yang keberatan. Nah disinilah yang membuat para pembaca bingung manakah yang sebenarnya. Langkah apa yang harus kita lakukan agar mengetahui dimanakah Paulus menulis surat-surat tersebut, langkah selanjutnya yang di lakukan adalah membaca dan meneliti surat-surat Paulus berikutnya yang di bahas dalam surat Filipi, Kolose, dan Filemon.  Agar saya/anda bisa mengetahui bagaimana proses pemenjaraan dan proses Paulus menulis surat-surat itu. Hanya ini kesimpulan yang saya ambil kiranya bermanfaat. Amin.

Post a Comment

0 Comments