Terpanggil Untuk Menjadi Seorang Guru Agama

KESAKSIAN 


Oleh : Stefanni. Maranatha

 

        Syalom Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.  Perkenalkan nama saya Stefanni Maranatha, umur 20 tahun. Saya berasal dari Magetan, Jawa Timur.

Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemurahan dan kasih setiaNya telah memberikan kesempatan untuk belajar di STT Tabernakel Indonesia. Sebelumnya tidak terpikirkan oleh saya untuk sekolah di STT Tabernakel Indonesia ataupun lembaga sekolah teologi lainnya, tapi Tuhan mempunyai rencana lain dalam hidup saya hingga bisa menjadi mahasiswa teologi khususnya dalam Pendidikan Agama Kristen (PAK).

Dua tahun yang lalu, setelah lulus SMK saya memutuskan untuk bekerja. Ada kerinduan untuk melanjutkan studi, namun saya tidak ingin jika harus membebani orang tua dengan biaya kuliah yang tidak murah. Saya berencana untuk melanjutkan studi saat saya sudah mapan dalam pekerjaan. Rencananya saya ingin mengambil jurusan manajemen atau akuntansi  sesuai dengan jurusan saya di SMK.

Namun saat pengumuman di gereja GPT Kristus Gembala saya mendengar bahwa STTIA membuka pendaftaran tahun ajaran baru dan membuka prodi baru yaitu Pendidikan Agama Kristen (PAK), hati saya merasa tergerak untuk mau masuk. Saat itu terpikir untuk mengambil kelas malam, saya sudah mengambil formulir pendftaran, namun kemudian saya merasa terlalu sulit jika bekerja sambil kuliah, apalagi yang saya pelajari adalah Firman Tuhan. Saya merasa tidak mampu dengan kemampuan dan kapasitas saya sendiri, karena jika tujuan pelajaran yang saya ikuti hanya untuk memperoleh gelar maka sia-sia apa yang akan saya lakukan selama berada di STT Tabernakel Indonesia, sementara hidup saya tidak mengalami perubahan di dalam Tuhan.

Menjadi seorang guru agama memiliki peran penting dalam membentuk karakter seorang anak dimana pada akhirnya memberikan pengaruh pada hidupnya dan masa depan peserta didik. Oleh karena itu saya tidak ingin asal-asalan mengikuti pembelajaran selama perkuliahan dan berkomitmen untuk belajar sungguh-sungguh.

Lingkungan kerja yang sudah membuat saya terlalu nyaman membuat hati ini tidak lagi memiliki kerinduan untuk belajar STT Tabernakel Indonesia, bahkan saya sudah berniat untuk mengembalikan formulir pendaftaran yang saya ambil. Namun kerinduan saya kembali lagi berapi-api disaat  mendengar kesaksian dari orang-orang yang terpanggil dalam pekerjaan di ladang Tuhan. Rasanya saya juga ingin melakukan seperti apa yang mereka lakukan yaitu menjangkau jiwa-jiwa bagi kemuliaan Tuhan. Hingga pada akhirnya Tuhan ijinkan saya keluar dari perusahaan tempat dimana saya bekerja dan saya bersyukur untuk hal itu karena keputusan yang saya ambil didukung oleh keluarga.

Namun sempat terbesit dalam pikiran saya, bagaimana dengan masa depan saya nantinya. Hal itu membuat saya sedikit goyah dan bimbang untuk maju sehingga ada rasa takut dengan keputusan tersebut. Namun Tuhan Yesus begitu baik, meskipun saya sempat meragukan Nya, namun Tuhan mengingatkan saya untuk tetap melangkah karena saya percaya bahwa masa depan ada di tangan Tuhan.

Tuhan membuat saya  sadar akan  status saya yang adalah seorang hamba. Saya tidak berhak atas keinginan saya sendiri, karna hidup saya adalah milik Nya Tuhan.

Saya boleh memiliki rencana dan tujuan dalam hidup ini namun semua bukan seperti apa yang saya inginkan melainkan sesuai kehendak Allah, dan saya mau belajar untuk taat pada kehendak Tuhan.

Sekian kesaksian dari saya, kiranya dapat menjadi berkat dan menjadi kemuliaan bagi Tuhan Yesus Kristus. Terimakasih.

 

 

Post a Comment

0 Comments