Tabernakel Bagian 5: Tugas Imam Dalam Persembahan Kurban



         Peran dan tanggung jawab imam dalam 27 pasal Kitab Imamat (Relevansi)?

-          Pertama, kerja sama antara imam dengan Tuhan. Para imam mesti sadar bahwa dirinya adalah “man of God”. Sebagai “man of God”, berarti ia adalah “milik Allah”. Maka sebagai miliki Allah, para imam harus taat dan setia kepada sang pemilik. Para imam juga disebut sebagai hamba dan Tuhanlah sebagai Tuannya. Sebagai manusia “milik Allah”, para imam mesti menghidupi spirit sebagai “hamba”. Hamba yang baik tentu akan mengikuti perkataan dan perintah tuannya. Para imam, ketika menerima tahbisan, mereka diberi perutusan oleh Tuhan dan untuk itulah mereka disebut sebagai utusan. Sebagai seorang utusan, para imam hadir sebagai pribadi yang mewakili sang Pengutus; dan sebagai wakil, mereka harus melaksanakan tugas selaras dengan perkataan yang mengutusnya

-          Kedua, kerja sama antara imam dengan umat. Para imam perlu selalu sadar bahwa dirinya adalah manusia yang dipilih dari antara manusia dan ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah. Para imam menjadi perantara antara manusia dengan Tuhan. Sebagai perantara, para imam mesti mengerti apa yang menjadi kebutuhan dari Tuhan dan kebutuhan dari umatnya. Maka disini, para imam harus mengerti bahwa eksistensi mereka akan sulit di pahami tanpa kehadiran umat. Tanpa umat, imam tidaklah berarti apa-apa. Umat menjadi jalan untuk menghadirkan hakikat dan fungsi para imam. Demikian juga halnya dengan umat. Umat membutuhkan jembatan atau perantara untuk dapat mengalami dan berjumpa dengan Tuhan. Dalam hal ini, imam menjadi perantara antara manusia dan Tuhan.

-          Ketiga, kerja sama antar sesama imam. Para imam mesti sadar bahwa “berkat tahbisan yang menempatkan mereka pada tingat imamat biasa, semua imam bersatu dalam persaudaraan sacramental yang erat sekali”. Para imam memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama yakni sama-sama mengemban misi dari Kristus. Sebab walaupun para imam menjalankan bermacam-macam tugas, mereka hanya mengemban satu imamat, yakni dem pengabdian kepada sesama. Itulah sebabnya para imam harus bisa saling bekerja sama.

 Tugas Imam dalam Persembahan Kurban

-          Kurban bakaran Tugas Imam disini ialah Penumpahan darah “Dan anak-anak Harun, imam-imam itu, harus mempersembahkan darah lembu itu dan menyiramkannya pada sekeliling mezbah yang di depan pintu Kemah Pertemuan. Kemudia haruslah ia menguliti kurban bakaran itu dan memotongnya menurut bagian-bagian tertentu. Anak-anak imam Harun haruslah menaruh api di atas mezbah dan menyusun kayu diatas api itu. Dan mereka harus mengatur potongan-potongan kurban itu dan kepada serta lemaknya di atas kayu yang sedang menyala di atas mezbah. Tetapi isi perutnya dan betisnya haruslah di basuh dengan air dan seluruhnya itu harus dibakar oleh imam di atas mezbah sebagai kurban bakaran, sebagai kurban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan” (Imamat 1:5-9). Oleh karena Kristus ialah Sang Kurban Bakaran, yang menyerahkan segenap hidup-Nya untuk menyenangkan hati Bapa, maka anak-anak imam Harun di sini merujuk pada Gereja Kristus Yesus. Gereja merupakan kaum imamat, yakni imam-imam bagi Allah dan anak-anak Imam Besar yang Mahatinggi.

-          Kurban sajian Tugas Imam disini ialah mempersembahkan segenggam penuh. Imam menerima kurban sajian dari sang pemberi persembahan, mengambil segenggam penuh tepung, gandum atau roti, beserta kemenyan, lalu membakarnya di mezbah. Sisanya menjadi milik imam. Kurban sajian ini dimakan oleh Harun dan anak-anaknya di pelataran Tabernakel. kita menyerahkan persepuluhan dan persembahan khusus kita ke kantong kolekte atau kotak tertentu. Itu menjadi persembahan kita kepada Allah, namun persembahan iu diambil dan diberikan kepada manusia – menjadi gaji hamba Tuhan, upah petugas kebersihan, dan untuk membayar rekening listrik dan gas, iklan, perawatan dan perbaikan gedung gereja. Berbagai persembahan lain masuk ke dana misionaris untuk membayar ongkos, gaji, pegawai kantor gereja, dsb. Sehingga, tampaknya Allah tidak menerima apa-apa dari persembahan kita. Namun sesungguhnya Ia menerimanya, menurut pandangan-Nya, sebab persembahan itu menjadi sarana untuk melangsungkan pekerjaan-Nya.

-          Kurban penghapus dosa  Tugas imam disini ialah memercikkan darah. Imam mengambil darah kurban penghapus dosa ke Ruangan Kudus dan memercikkannya tujuh kali di hadapan Allah, di depan Pintu Tirai Kemah Suci. Hal ini menandakan bahwa Allah menerima persembahan tersebut. Setelah itu, imam keluar dan menyiramkan darah ke tempat-tempat tertentu. Pengaturan pemercikan darah ini ditata dengan begitu indahnya: di hadapan Allah, di depan Pintu Tirai, pada tanduk-tanduk Mezbah Dupa, dan pada Mezbah Kurban Bakaran tempat sisa darah tersebut disiramkan. Intinya ialah bahwa darah itu dipercikkan ketika imam melangkah dari dalam Kemah Suci ke luar, bukan ketika ia masuk ke dalam. Keselamatan datang dari Tuhan. Jalan itu diberikan oleh Allah kepada manusia. Jalan tersebut dibuka oleh Imam Besar kita, Tuhan Yesus Kristus. Ia mencurahkan darahnya untuk membuka jalan keselamatan, dan pada jalan penuh tanda darah itulah manusia melangkah dari luar ke dalam. Kita menemukan Kristus di Kalvari, di mana Ia menyerahkan nyawa-Nya sebagai kurban penghapus dosa; lalu kita melangkah lebih lanjut ke Mezbah Dupa, tempat Ia berdoa syafaat bagi kita, kemudian menuju pada pintu Tirai ang terkoyak, yang memungkinkan kita memperoleh jalan masuk ke hadirat Allah yang kekal dan didahapan-Nya kita berdiri sempurna di dalam Kristus.

-          Kurban Penebus Salah  Tugas imam disini ialah memercikkan darah. Dalam tiga pelanggaran pertama, darah burung yang pertama dipercikkan ke dinding mezbah dan sisanya dicurahkan pada bagian bawah mezbah. Burung yang kedua digunakan untuk kurban bakaran. Jika persembahan yang diberikan berupa tepung gandum yang terbaik, imam membakar segenggam penuh tepung sebagai kurban kepada Allah. Dalam pelanggaran-pelanggaran berikutnya, darah domba jantan dipercikkan di sekeliling mezbah, sama seperti pada persembahan kurban penghapus dosa – sebab tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.

-          Kurban Keselamatan Tugas Imam disini ialah menunjukkan dada dan paha binatang kurban. Artinya Imam mengambil darah kurban dan menyiramkannya di sekeliling mezbah, dan sesudah itu ia membakar lemak di atas mezbah. (Imamat 3:3-5) kemudian, imam mempersembahkan dada dan paha kanan binatang kurban itu kepada Allah. Orang yang mempersembahkan kurban keselamatannya kepada Tuhan, haruslah membawa kepada Tuhan sebagian dari korban keselamatan itu sebagai persembahannya (Imamat 7:29-31). Dada menandakan perasaan kasih dan paha bicara tentang kekuatan. Kedua hal ini harus dipersembahkan kepada Tuhan, imam menerimanya kembali dari Dia, sebagaimana kita menerima kembali segala sesuatu yang kita persembahkan kepada-Nya dan bagi pelayanan-Nya.


Daftar Pustaka

 

Agudo, Philomena, Aku Memilih Engkau. Yogyakarta: Kanisius, 1988.

Boumas, Josef. Menjadi Imam Allah: tuntutan Khalwat Persiapan Menjelang Tahbisan Imam. Jakarta: Obor, 2000.

Konfrensi Waligereja Indonesia, Pedoman Hidup Para Imam. Jakarta: Obor, 2010

Tinambunan, Edison R. L. spritualitas Imamat: Sebuah Pendasaran. Malang: Dioma, 2004.

Schelkle, Karl Hermann. Discipleship and Priesthood: A Biblical Interpretation. New York: Herder and Herder, 1965.


Post a Comment

0 Comments