Peran
dan tanggung jawab imam dalam 27 pasal Kitab Imamat (Relevansi)?
-
Pertama,
kerja sama antara imam dengan Tuhan. Para imam mesti sadar bahwa dirinya adalah
“man of God”. Sebagai “man of God”, berarti ia adalah “milik Allah”. Maka
sebagai miliki Allah, para imam harus taat dan setia kepada sang pemilik. Para
imam juga disebut sebagai hamba dan Tuhanlah sebagai Tuannya. Sebagai manusia
“milik Allah”, para imam mesti menghidupi spirit
sebagai “hamba”. Hamba yang baik tentu akan mengikuti perkataan dan
perintah tuannya. Para imam, ketika menerima tahbisan, mereka diberi perutusan
oleh Tuhan dan untuk itulah mereka disebut sebagai utusan. Sebagai seorang
utusan, para imam hadir sebagai pribadi yang mewakili sang Pengutus; dan
sebagai wakil, mereka harus melaksanakan tugas selaras dengan perkataan yang
mengutusnya
-
Kedua,
kerja
sama antara imam dengan umat. Para imam perlu selalu sadar bahwa dirinya adalah
manusia yang dipilih dari antara manusia dan ditetapkan bagi manusia dalam
hubungan mereka dengan Allah. Para imam menjadi perantara antara manusia dengan
Tuhan. Sebagai perantara, para imam mesti mengerti apa yang menjadi kebutuhan
dari Tuhan dan kebutuhan dari umatnya. Maka disini, para imam harus mengerti
bahwa eksistensi mereka akan sulit di pahami tanpa kehadiran umat. Tanpa umat,
imam tidaklah berarti apa-apa. Umat menjadi jalan untuk menghadirkan hakikat
dan fungsi para imam. Demikian juga halnya dengan umat. Umat membutuhkan
jembatan atau perantara untuk dapat mengalami dan berjumpa dengan Tuhan. Dalam
hal ini, imam menjadi perantara antara manusia dan Tuhan.
- Ketiga, kerja sama antar sesama imam. Para imam mesti sadar bahwa “berkat tahbisan yang menempatkan mereka pada tingat imamat biasa, semua imam bersatu dalam persaudaraan sacramental yang erat sekali”. Para imam memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama yakni sama-sama mengemban misi dari Kristus. Sebab walaupun para imam menjalankan bermacam-macam tugas, mereka hanya mengemban satu imamat, yakni dem pengabdian kepada sesama. Itulah sebabnya para imam harus bisa saling bekerja sama.
-
Kurban
bakaran Tugas Imam disini ialah Penumpahan darah “Dan
anak-anak Harun, imam-imam itu, harus mempersembahkan darah lembu itu dan
menyiramkannya pada sekeliling mezbah yang di depan pintu Kemah Pertemuan.
Kemudia haruslah ia menguliti kurban bakaran itu dan memotongnya menurut
bagian-bagian tertentu. Anak-anak imam Harun haruslah menaruh api di atas
mezbah dan menyusun kayu diatas api itu. Dan mereka harus mengatur
potongan-potongan kurban itu dan kepada serta lemaknya di atas kayu yang sedang
menyala di atas mezbah. Tetapi isi perutnya dan betisnya haruslah di basuh
dengan air dan seluruhnya itu harus dibakar oleh imam di atas mezbah sebagai
kurban bakaran, sebagai kurban api-apian yang baunya menyenangkan bagi Tuhan”
(Imamat 1:5-9). Oleh karena Kristus ialah Sang Kurban Bakaran, yang menyerahkan
segenap hidup-Nya untuk menyenangkan hati Bapa, maka anak-anak imam Harun di
sini merujuk pada Gereja Kristus Yesus. Gereja merupakan kaum imamat, yakni
imam-imam bagi Allah dan anak-anak Imam Besar yang Mahatinggi.
-
Kurban
sajian Tugas Imam disini ialah mempersembahkan
segenggam penuh. Imam menerima kurban sajian dari sang pemberi persembahan,
mengambil segenggam penuh tepung, gandum atau roti, beserta kemenyan, lalu
membakarnya di mezbah. Sisanya menjadi milik imam. Kurban sajian ini dimakan
oleh Harun dan anak-anaknya di pelataran Tabernakel. kita menyerahkan
persepuluhan dan persembahan khusus kita ke kantong kolekte atau kotak
tertentu. Itu menjadi persembahan kita kepada Allah, namun persembahan iu
diambil dan diberikan kepada manusia – menjadi gaji hamba Tuhan, upah petugas
kebersihan, dan untuk membayar rekening listrik dan gas, iklan, perawatan dan
perbaikan gedung gereja. Berbagai persembahan lain masuk ke dana misionaris
untuk membayar ongkos, gaji, pegawai kantor gereja, dsb. Sehingga, tampaknya
Allah tidak menerima apa-apa dari persembahan kita. Namun sesungguhnya Ia
menerimanya, menurut pandangan-Nya, sebab persembahan itu menjadi sarana untuk
melangsungkan pekerjaan-Nya.
-
Kurban
penghapus dosa Tugas imam disini ialah memercikkan darah. Imam mengambil darah
kurban penghapus dosa ke Ruangan Kudus dan memercikkannya tujuh kali di hadapan
Allah, di depan Pintu Tirai Kemah Suci. Hal ini menandakan bahwa Allah menerima
persembahan tersebut. Setelah itu, imam keluar dan menyiramkan darah ke tempat-tempat
tertentu. Pengaturan pemercikan darah ini ditata dengan begitu indahnya: di
hadapan Allah, di depan Pintu Tirai, pada tanduk-tanduk Mezbah Dupa, dan pada
Mezbah Kurban Bakaran tempat sisa darah tersebut disiramkan. Intinya ialah
bahwa darah itu dipercikkan ketika imam melangkah dari dalam Kemah Suci ke
luar, bukan ketika ia masuk ke dalam. Keselamatan datang dari Tuhan. Jalan itu
diberikan oleh Allah kepada manusia. Jalan tersebut dibuka oleh Imam Besar
kita, Tuhan Yesus Kristus. Ia mencurahkan darahnya untuk membuka jalan
keselamatan, dan pada jalan penuh tanda darah itulah manusia melangkah dari
luar ke dalam. Kita menemukan Kristus di Kalvari, di mana Ia menyerahkan
nyawa-Nya sebagai kurban penghapus dosa; lalu kita melangkah lebih lanjut ke Mezbah
Dupa, tempat Ia berdoa syafaat bagi kita, kemudian menuju pada pintu Tirai ang
terkoyak, yang memungkinkan kita memperoleh jalan masuk ke hadirat Allah yang
kekal dan didahapan-Nya kita berdiri sempurna di dalam Kristus.
-
Kurban
Penebus Salah Tugas imam disini ialah memercikkan darah. Dalam tiga
pelanggaran pertama, darah burung yang pertama dipercikkan ke dinding mezbah
dan sisanya dicurahkan pada bagian bawah mezbah. Burung yang kedua digunakan
untuk kurban bakaran. Jika persembahan yang diberikan berupa tepung gandum yang
terbaik, imam membakar segenggam penuh tepung sebagai kurban kepada Allah.
Dalam pelanggaran-pelanggaran berikutnya, darah domba jantan dipercikkan di
sekeliling mezbah, sama seperti pada persembahan kurban penghapus dosa – sebab
tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.
-
Kurban
Keselamatan Tugas Imam disini ialah menunjukkan dada dan paha binatang kurban.
Artinya Imam mengambil darah kurban dan menyiramkannya di sekeliling mezbah,
dan sesudah itu ia membakar lemak di atas mezbah. (Imamat 3:3-5) kemudian, imam
mempersembahkan dada dan paha kanan binatang kurban itu kepada Allah. Orang
yang mempersembahkan kurban keselamatannya kepada Tuhan, haruslah membawa kepada
Tuhan sebagian dari korban keselamatan itu sebagai persembahannya (Imamat
7:29-31). Dada menandakan perasaan kasih dan paha bicara tentang kekuatan.
Kedua hal ini harus dipersembahkan kepada Tuhan, imam menerimanya kembali dari
Dia, sebagaimana kita menerima kembali segala sesuatu yang kita persembahkan
kepada-Nya dan bagi pelayanan-Nya.
Daftar
Pustaka
Agudo, Philomena, Aku Memilih Engkau. Yogyakarta:
Kanisius, 1988.
Boumas, Josef. Menjadi Imam Allah: tuntutan Khalwat Persiapan Menjelang Tahbisan Imam. Jakarta: Obor,
2000.
Konfrensi Waligereja
Indonesia, Pedoman Hidup Para Imam. Jakarta:
Obor, 2010
Tinambunan,
Edison R. L. spritualitas Imamat: Sebuah
Pendasaran. Malang: Dioma, 2004.
Schelkle,
Karl Hermann. Discipleship and
Priesthood: A Biblical Interpretation. New York: Herder and Herder, 1965.
0 Comments