CURRICULUM

 


CURRICULUM

PERSPECTIVE, PARADIGM, and POSSIBILITY

BY WILLIAM H. SCHUBERT

Pendahuluan

Pengetahuan apa yang paling penting? Kenapa itu penting? Bagaimana itu diperoleh atau diciptakan?

Ketiga pertanyaan ini merupakan pertanyaan tentang kurikulum yang paling mendasar.

Menurut Schubert bahwa pengetahuan yang demikian dalam proses pencarian, jadi belum ditemukan. Belum sepenuhnya terjawab, tetapi selalu dalam proses menjadi dan direkonstruksikan sehingga sesuai dengan kebutuhan situasi. (penulis memang dengan jelas mengaku posisinya sebagai seorang konstruktivism dengan campuran tradisionalis, hal. 14)

Tujuan buku ini:

1)      Menyediakan latar belakang dari Pengetahuan Kurikulum

Mengenai pengetahuan krikulum mengacu kepada: 1) perspektif, 2) paradigma, 3) kemungkinan (possibilities).

Perspectives: membentuk konteks dan latar belakang yang memelihara perkembangan dari serangkaian kepercayaan atau asumsi-asumsi. Imi merupakan tiang utama dari kurikulum.

Paradigms: lensa konseptual melalui mana persoalan kurikulum dilihat. Hal ini dikenal bahwa kerangka berpikir seseorang mendikte apa yang dilihatnya.

Possibilities: menyediakan serangkaian respon bagi memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah.

Ketika menghadapi situasi yang problematik, peningkatan pengetahuan akan perspektif, paradigma dam posiblitas memampukan kita menjadi pengambil keputusan yang lebih baik.

2)      Untuk mengaktifkan sosialisasi peran dalam bidang kurikulum

Bidang kurikulum bukan hanya tubuh pegetahuan tetapi juga hubungan yang longgar dengan organisasi sosial. Untuk sampai pada pemahaman tidak hanya membaca saja, juga penting keterlibatan atau tenggelam dalam pengalaman dalam sebuah group.

3)      Menunjukkan pentingnya Studi Kurikulum

Studi kurikulum menunjuk pada area pencarian dalam pendidikan yang lebih tinggi yang berfokus pada apa yang dipelajari dan harus dipelajari dalam lembaga pendidikan dan paling tidak (tetapi bukan kurang penting)  pada apa dan haruskah dipelajari dalam situasi pendidikan yang tidak terlembagakan.

Ketika orang tua mempertimbangkan bagaimana mereka harus mempersiapkan anak untuk hidup dalam dunia telah menunjukkan pertanyaan mendasar kurikulum.  Sejarah perjuangan manusia yang tidak dicatat dari para orang tua yang mencari apa yang baik bagi anak-anaknya, dari mahluk individual dalam usia berapapun berpikir mengenai apa yang akan membuat mereka lebih penuh sebagai manusia, dan dari kelompok sosial untuk memahami dengan lebih baik diri mereka dan dunianya adalah contoh utama dari pencarian kurikulum sebagai perusahaan fomatif manusia.

Kurikulum harus dilihat sebagai sentral bagi proses pendewasaan ras manusia.

Istilah curriculum berasal dari akar kata dalam bahasa Latin  yang berarti “jalannya lomba kereta”. Sebagai metapora untuk sebuah perjalanan dari belajar dan bertumbuh yang secara sadar dikembangkan.

4)      Untuk mendorong Pendidik mengajukan pertanyaan dasar kurikulum

Guru memiliki impak langsung pada pelajar dari pada  para pendidik dalam sistem sekolah. Interpretasi yang diberikan guru pada suatu subjek dan suasana atmosfir merupakan kurikulum yang dialami secara aktual oleh pelajar.

5)      Menunjukkan karakter dari problematik Pengetahuan Kurikulum

Tidak ada jawaban,  tidak ada resep untuk memecahkan pertanyaan fundamental kurikulum.

 

Tiga Orientasi Kurikulum

1)        Intellectual tradisionalist

Akumulasi kebijaksanaan seluruh zaman, dari seluruh bagian dunia, itulah kurikulum. Melalui kurikulum ini, kita dapat memperkenalkan umat manusia pada apa yang unggul dalam  sejarah peradaban manusia yang dihapus di bumi.

What? Kurikulum harus mengandung tradisi seni liberal.

Why? Dua hal manfaatnya: untuk mengembangkan pikiran dan untuk mengenal ide dan pertanyaan besar kehidupan.

How? Berkenalan dengan buku-buku besar untuk mengembangkan pikiran dan memperkenalkan misteri agung dan even-even dari hidup.

Who? Idealnya, setiap orang harus memiliki jenis pendidikan. “Who” juga mengacu kepada guru. Seorang guru harus menjadi orang yang secara bebas mendidik dirinya.

Where? Pendidikan Formal, hasrus di sekolah atau dalam tutorial.

When?  Sepanjang hidup.

 

2)      Social behaviorist

Ilmu pengetahuan dan anaknya, teknologi, sudah mentransformasi masyarakat  pada abad 20.

IPTEK tidak mencukupi diaplikasikan pada perencanaan pendidikan atau pengembangan kurikulum hari ini. Sama halnya, mereka harus nebjadi andalan dari kurikulum itu sendiri.

What? Kurikulum harus mengandung keahlian dan pengetahuan yang dirancang secara operasional.

 

Why? Kita bergerak di atas revolusi agrikultural pada bagian pertama abad 20 dan membangun revolusi industri (di Barat). IPTEK sekarang telah membawa kita kepada masyarakat postindustrial di mana komunikasi adalah kelanisme dengan mana ekonomi berkembang.

How? Pertama, kita perlu mengaplikasikan pengetahuan dan riset ilmiah pendidikan telah diletakkan pada kita untuk mendisain kurikulum dan pengajaran. Kedua, kita membutuhkan riset pendidikan yang lebih banyak dan lebih baik bagaimana belajar itu berlangsung, berapa kategori berbeda dari pelajar yang terbaik dapat diajar, dan paa teknologi dan rekayasa pengajaran.

Who? Setiap orang; setiap orang menurut kapasitas mereka

Where?sekolah dan lembaga teknik.

When? Pendidikan Formal harus mulai dari usia dini, dan dalam masyarakat kita yang terus berubah, juga harus tersedia bagi pensiunan yang membutuhkan skill baru dan kemampuan teknik untuk sepanjang hidup dewasa.

3)      Experientialist

Kurikulum itu sendiri haruslah merupakan sebuah pertukaran pengalaman dan ide, tidak hanya di antara ahli atau dari ahli kepada penerima, tetapi bagi semua yang terlibat  dalam proses edukasi. Tidak tertuju hanya kepada individu, tetapi sebagai suatu demokrasi, dari semua untuk semua.

What? Harus dijawab dan ditindaklanjuti oleh seluruh anggota dari sebuah masyarakat dalam hubungannya pada konsekuensi bahwa aksinya pada orang lain

Why? Pendekatan eksperiensial pada kurikulum mengungkapkan kebaikan yang hakiki dari setiap individu. Sebagai individu mencerminkan pengalaman mereka sendiri, mereka ditarik bersama dalam membagi dengan yang lain yang sudah memulai perjalanan yang sama. ini membuat semua orang, tidak hanya ahli, agen dari pelajaran mereka.

How? Sebagaimana menurut Dewey, kita memulai dengan psikologikal dan bergerak kepada logikal. Ini berarti bahwa kita mulai dengan ketertarikan mnurni seorang pelajar yang sudah tertanam dalam pengalaman mereka dan memampukan mereka untuk mengejar ketertarikan secara gradual dengan berkenalan disiplin pengetahuan.

Who? Pemisahan guru dari murid dan sekolah dari komunitas  bersifar artificial dan melemahkan. Kurikulum eksperiasialis harus melibatkan guru, murid, aggota komunitas, dan pemimpin kurikulum dalam sebuah pertumbuhan komunitas yang dibagikan. Semua mereka harus mengetahui bahwa mereka dapat mengajar dan belajar dari yang lain dalam kejujuran dan denan cara yang berarti.

Where? Di manapun orang berada, mungkin banyak di luar lembaga pembelajaran formal di dalam mereka.

When? Berkesinambungan seumur hidup.

 

Part One: Perspective

 

Gambaran Bidang Kurikulum

-          Kurikulum sebagai isi atau pokok

Kurikulum disamakan dengan subjek yang diajarkan. Tujuh seni liberal: trivium (grammar, rhetoric, dan dialetic) dan quadrivium ( aritmetic, geometry, astronomy, dan music).

-          Kurikulum sebagai sebuah program aktivitas

Dengan berfokus pada pandangan komprehensif atas semua rencana kegiatan yang dideliery kepada peserta didik. Lebih banyak terlibat dalam perencanaan daripada subyek yang dajarkan.

-          Kurikulum sebagai Intended Learning Outcomes (Hasil Belajar yang dimaksud)

Yang menjadi penekanan adalah akhir, tujuan.

-          Kurikulum sebagai Reproduksi Budaya

Kurikulum sebagai refleksi budaya. Tugas dari sekolah adalah mereproduksi budaya yang menonjol dan nilai-nilai bagi generasi yang akan datang.

-          Kurikulum sebagai pengalaman

Pendidikan sebagai means dan ends adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah proses pengalaman tunggal.

-          Kurikulum sebagai Tugas dan Konsep Berlainan

Kurikulum dilihat sebagai set tugas-tugas yang harus dkuasai, dan diasumsikan memimpin pada tujuan yang sudah dibuat.

-          Kurikulum sebagai sebuah agenda bagi rekonstruksi sosial

Sekolah harus  menyediakan  satu agenda pengetahuan dan nilai-nilai yang menuntun peserta didik untuk mempernbaiki lembaga masyarakat dan budaya, kepercayaan, dan aktivitas yang mendukungnya.

-          Kurikulum sebagai “Currere”

Salah satu posisi terakhir yang bangkit dalam horizon kurikulum adalah penekanan pada bentuk kata kerja currcilum, yakni, currere. Currere mengacu pada berlari pada jalur dan menekankan kapasitas individual untuk merekonseptualisasi otobiografi dirinya.

 

Kurikulum Dan Subdivisi Pendidikan Yang Berhubungan

Amministrasi

Supervisi

Dasar-dasar Pendidikan

Studi Kebijakan Pendidikan

Evaluasi

Research Methodology

Subject Area

Level Sekolah – tingkatan dalam sekolahPendidikan untuk keadilan

Pendidikan Psikologi

Pengajaran

Pengembangan Kurikulum

 

Wilayah dalam Studi Kurikulum

Teori Kurikulum

Sejarah Kurikulum

Pengembangan Kurikulum

Disain Kurikulum

Implementasi Kurikulum

Evalusai Kurikulum

Perubahan Kurikulum

Penyelidikan Kurikulum

 

Komentar

Intellectual Tradisonalist

Dimana kita menemukan pengetahuan yang dapat dipertahankan dan ide agung itu? Jawabnya pastilah, adalah pada disiplin. Kurikulum yang dianggap serius hanyalah isi dan pokok.

Kritik: mengenai konteks kurikulum dalam sub divisi lain pendidikan, edukasi bukanlah disiplin, paling baik itu adalah area penyelidikan.

Teori kurikulum, riset, dan praktik haruslah dilihat secara holistik, sebagai penelitian pada natur manusia, pengetahuan, nilai-nilai, masyarakat, nalar, dan pedagogi.

Social Behaviorist

Dalam dunia nyata dalam masyarakat post-industrial, sekolah telah menjadi arti bagi pendidikan.

Kritik: Tetapi pendidikan lebih luas dari sekolah, kita harus menerima  bahwa sisi pribadi seseorang adalah milik orang itu. Kita tidak tidak ada hak untuk mengatakan bahwa setiap orang membutuhkan  pendidikan liberal yang meresap. Yang dapat dikatakan adalah kebutuhan umum setiap orang dalam masyarakat industri adalah kemampuan dasar untuk berkomunikasi dan menghitung, pegetahuan dasar dari dunia bagaimana dunia bekerja, dan mengenai rasa nilai-nilai yang dihargai oleh budaya di mana mereka hidup.

Experientialist

Kurikulum harus didefenisikan sebagai pertumbuhan pengalaman yang memimpin pada satu rekonseptualisasi yang berkesinambungan dari budaya, individu dan kelompok.

Karena konsekuensi dari belajar yang holistik dan karena problem dunia nyata tidak diatur untuk cocok dengan batasan subject, adalah tidak berguna sama sekali memecah pendidikan atau kerja curriculer pada spesifikasi kerja yang kaku.

 

 

 

                                                                                                                                       

Post a Comment

0 Comments