Identitas Buku
Judul Buku : Tafsiran Surat Yakobus Iman dan
Perbuatan
Penulis Buku : Pdt. Dr. Rainer
Scheunemann
Tahun Terbit : 2013
Tempat Terbit : Yogyakarta
Penerbit : Yayasan
Penerbit Andi
Jumlah Halaman : 154 Halaman
Waktu mengerjakan : 29-Agustus-2019
Waktu selesai
mengerjakan : 07-September -2019
BAGIAN I
Penulis
Surat Yakobus
Dalam surat
Yakobus memberikan saya informasi penulisan Surat Yakobus, penulisan surat ini
memperkenalkan saya kepada dirinya Yakobus, hamba Allah dan Tuhan Yesus. Tidak
ada informasi lebih lanjut tentang pribadi Yakobus yang dimaksud di sini. Ada
empat nama Yakobus yang disebutkan dalam Alkitab:
1.
Yakobus anak Zebedeus, adik dari Yohanes
murid Tuhan Yesus (Mrk. 1:19, 5:37, 9:2, 10:35, 14:33).
2.
Yakobus anak Alfeus, murid Tuhan Yesus
(Mrk. 3:8)
3.
Yakobus ayah Yudas (Luk. 6:16 dan Kis.
1:13).
4.
Yakobus saudara Tuhan Yesus (Gal. 1:19)
yang berperan sebagai pemimpin jemaat mula-mula di Yerusalem (Kis. 12:17;
15:13; dan 21:18)
Yakobus yang dimaksudkan kemungkinan
dialah yang menulis kitab ini
Ada
beberapa pendapat mengenai penulisan surat Yakobus, Yakobus ayah Yudas tidak
terlalu diperhitungkan secara jelas sebagai penulis Surat Yakobus. Hal yang
sama juga terjadi bagi Yakobus anak Alfeus, sekalipun derajat ketidakjelasannya
lebih rendah. Begitu juga dengan Yakobus anak Zebedeus memiliki kemungkinan
yang lebih baik. Ia memiliki posisi penting diantara kedua belas rasul. Terjadi
juga kepada Yakobus saudara Tuhan Yesus memiliki posisi penting dalam jemaat
mula-mula, kemungkinan besar, ia adalah penulis surat Yakobus. Akan tetapi,
tidak semua setuju dengan kesimpulan ini. Tradisi kristiani mula-mula tidak
semuanya menyetujui pendapat atau kesimpulan ini. Sejumlah teori alternative
dibangun dan dikembangkan oleh para ahli Perjanjian Baru untuk menolak penulis
Surat Yakobus adalah Yakobus saudara Yesus.
Gaya
bahasa dan latar belakang kebudayaan
Surat Yakobus ditulis
dalam gaya bahasa Yunani-helenis yang cukup baik. Hal ini menunjukkan adanya
pemolesan secara literature yang tampak dalam pemilihan ungkapan dan gaya
bahasa yang seksama. Penulis juga menunjuk konsep-konsep yang berasal dari
fisafat agama-agama Yunani. Ada tiga alasan yang digunakan untuk menyanggah hal
ini:
1.
Walaupun bahasa Yunani surat tersebut
baik, tetapi kualitasnya janganlah dilebih-lebihkan. Gaya bahasa Yakobus tidak
sama dengan gaya sastra bahasa Yunani-atis, tetapi gaya bahasa yang dapat
ditemukan dalam tulisan-tulisan Yahudi-helenis lainnya pada zamannya, seperti
testament kedua belas Patriakh dan Yesus Sirakh.
2.
Pengenalan orang Yahudi Palestina pada
abad pertama akan bahasa Yunani tidak boleh diremehkan. Penemuan-penemuan
arkeologis akhir-akhir ini menunjukkan bahwa bahasa Yunani sangat luas
digunakan di Palestina dan orang seperti Yakobus juga memiliki kesempatan untuk
mahir berbahasa Yunani.
3. Konsep-konsep pandangan filsafat dan agama yang disebutkan dalam surat Yakobus adalah hal-hal yang cukup luas tersebar dikalangan masyarakat secara umum. Kita mengambil kesimpulan bahwa gaya bahasa surat Yakobus bukan penghalang untuk memandang Yakobus saudara Yesus sebagai penulisnya.
Tempat,
Tanggal, Dan Alamat surat Yakobus
Ada banyak
kemungkinan mengenai surat Yakobus. Hal ini mengakibatkan ada banyak
kemungkinan tempat penulisan surat ini. Ada yang menyimpulkan bahwa surat
Yakobus juga di tulis di Roma. Namun, jika menganggap bahwa penulis surat ini
adalah Yakobus saudara dari Tuhan Yesus (tradidisi mengatakan bahawa Yakobus
merupakan bishop pertama di Yerusalem), tempat penulisan surat ini di
Yerusalem. Surat tersebut menunjukkan latar belakang sosial dan ekonomi, baik
penulis maupun pembaca, dengan baik. Latar belakang yang ditunjukkan dalam
surat ini sesuai dengan latar belakang yang ada di Palestina, yaitu para
pedagang yang berpergian untuk memperoleh keuntungan (4:13-17), pemilik tanah
yang tidak tinggal di atas tanahnya dan menindas orang miskin, jumlah yang
semakin besar dari para pekerja yang tidak memiliki tannahnya sendiri (2:5-7
dan 5:1-6), dan perdebatan agamawi yang sengit (4:1-3).
Tahun
Penulisan
Keterangan yang
diberikan mengenai hubungan antar ajaran Yakobus (Yak. 2:14-26) dan ajaran
Paulus mengungkapkan waktu penulisan. Hal ini menunjukkan bahwa waktu penulisa,
beberapa waktu sesudah ajaran Paulus dan sebelum Yakobus bertemu dengan Paulus
pada sidang Yerusalem (Kis. 15). Paulus terlibat dalam pelayanan pengajaran dan
pemberitaan sejak pertobatannya (± 33 M). penentuan waktu penulisan ini sangat
sesuai dengan keadaan yang digambarkan dan ditekankan dalam surat Yakobus.
Surat Yakobus tidak menunjukkan adanya konflik anatar orang Kristen-Yahudi
dengan orang Kristen dari latar belakang non-Yahudi (hal yang terlihat apabila
surat ini ditulis sesudah sidang Yerusalem) dan theologia dalam surat ini tidak
terlalu dikembangkan.
Alamat
Surat
Surat Yakobus
dikelompokkan dalam deretan surat-surat umum kenapa ? Karena tidak dialamatkan
kepada suatu jemaat tertentu. Namun, surat ini menunjukkan informasi tentang
kelompok pembaca atau pendengar tertentu. Kelompok Kristen-Yahudi tampaknya
menjadi kelompok tempat surat ini ditunjukkan. Hal ini didasarkan pada :
1.
Pentunjuk bahwa tempat pertemuan mereka
ialah sinagoge (2:2)
2.
Banyaknya penggunaan metafora Perjanjian
Lama dan Yahudi
3.
Penyebutan Taurat Tuhan (1:25; 2:8-13)
4.
Kebanyakan pembaca adalah orang miskin
(5:1-6), walaupun ada sebagian pembaca yang kaya (1:9-11; 2:1-4; 4:13-17).
Perhatian
Atas Surat Yakobus Pada Masa Kini
Ada perhatian
baru yang diberikan atas surat Yakobus pada masa kini. Perhatian ini secara
khusus pada sejarah komposisi (pembentukan Alkitab) Yakobus. Beberapa ahli
berpendapat bahwa surat Yakobus yang ada seakrang ini merupakan hasil dari
seorang redaktur yang mengumpulkan dan menggunakan bahan-bahan yang sudah ada
sebelumnya. Pernyataan Yakobus yang keras terhadap orang-orang kaya (Yakobus 5:1-6)
menjadi bagian favorit bagi pengikut Theologia pembebasan.
Kontribusi
Theologis Surat Yakobus
Kontribusi
theologis dari surat Yakobus adalah penekanannya yang terus menerus akan
mutlaknya iman kristiani yang menjadi nyata dalam perbuatan. Dengan tegas surat
Yakobus melawan kecenderungan banyak orang Kristen yang menjadi puas dengan
iman yang dipraktikkan dengan setengah hati dan sikap kompromi yang mencari
hal-hal yang dianggap terbaik dari dunia ini dan dari kehidupan sesudah
kematian. Yakobus menekankan supaya orang-orang Kristen berpaling dan bertobat
dari hal mendua hati dan kembali memiliki kepribadian yang utuh serta sempurna
sebagaimana dikehendaki Tuhan.
BAGIAN
II
Metode Mempelajari
Surat Yakobus
Tema surat
Yakobus adalah “kedewasaan rohani”. Langkah awal yang sangat baik dan
dibutuhkan untuk memulai mempelajari surat ini adalah memeriksa keadaan
rohani/hati masing-masing untuk melihat dimana kita sedang berada. Ada lima hal
yang perlu diperhatikan dalam penelitian surat Yakobus.
1.
Syarat
mutlak untuk mencapai kedewasaan rohani adalah kelahiran kembali (Yoh.
3:5-6). Tanpa kelahiran kembali, tidak ada seorangpun dapat mencapai kedewasaan
rohani. Surat Yakobus dialamatkan atau ditujukan kepada orang-orang Kristen.
Dengan memberikan surat tersebut, Yakobus beranggapan bahwa setiap orang yang
telah menerima suratnya telah mengalami kelhiran baru (Yak. 1:18).
2.
Kesediaan
diterangi oleh firman Tuhan dan membuka kenyataan kehidupan secara terbuka di
hadapan Tuhan. Yakobus menggambarkan firman Tuhan
sebagai cermin (Yak. 1:22-23). Orang percaya harus berlakui jujur terhadap hal
yang ia lihat dalam cermin.
3.
Ketaatan
kepada perintah Tuhan apapun harganya atau konsekuensinya. Orang
percaya harus menjadi “pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja” (Yak.
1:22). Lebih mudah datang ke ibadah, kebaktian, atau kelompok Pendalaman
Alkitab dibandingkan dengan melakukan firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Berkat datang bukan karena mendengar atau membaca firman Tuhan, tetapi
melakukan firman.
4.
Siap
menghadapi berbagai ujian dan pencobaan untuk mencapai kedewasaan rohani.
Selalu aada oknum yang tidak senang, yaitu iblis, yang akan menghalangi orang
percaya untuk bertumbuh. Ia akan berusaha untuk menggagalkan pertumbuhan
tersebut. Kesiapan menghadapi setiap serangan dari musuh mutlak diperlukan.
5.
Pertumbuhan
dan kedewasaan rohani harus diukur atau diuji dengan firman Tuhan.
Firman Tuhan adalah tolak ukurnya, bukan sesama. Banyak orang salah memahami dengan
orang lain atau sesama. Firman Tuhan adalah batu uji atau tolak ukurnya.
BAGIAN III
Mengubah Pencobaan
Menjadi Kemenangan (Yak. 1:2-11)
Banyak orang sekarang melihat pencobaan atau ujian sebagai sesuatu yang buruk atau harus dihindari bahkan lari. Hal ini bukanlah waktu yang baik, melainkan waktu yang buruk. Orang percaya harus memiliki pandangan yang benar akan hal ini sesuai dengan penyataan firman Tuhan. Yakobus sendiri telah mengalami berbagai pencobaan dalam kehidupannya. Jadi, hal yang diungkapkan di sini bukan sekedar teori, melainkan sesuatau yang secara praktis telah dialami Yakobus. Ia telah menang atas pencobaan-pencobaan yang dialaminya. Kini, pengalaman imannya tersebut dibagikan kepada orang percaya supaya semua orang percaya bisa mengalami kemenangan yang sama.
Ayat
2-4
Dalam menghadapi masalah Yakobus sendiri menilai pencobaan dari sisi lain. Ia menilai semua permasalahan yang ada dari segi hasil yang akan didapat nanti. Artinya orang Kristen atau orang percaya tidak boleh melihat pencobaan hanya dengan melihat situasi yang sedang terjadi. Orang Kristen atau orang Percaya harus mampu melihat jauh kedepan, yaitu ketika proses itu selesai. Sebagai orang Kristen kita harus bisa melihat kedepan, pada hasil. Hal inilah yang dijelaskan Yakobus melalui suratnya ini.
Sikap
yang Benar (ay. 2)
Hal yang perlu
ditekankan disini atau hal yang harus diketahui adalah isu yang dikemukakan
bukan apakah orang Kristen bisa atau tidak bisa jatuh dalam pencobaan. Penekanan
disini adalah kata “apabila” menunjuk pada pengertian pada waktu terjadi. Jadi,
hal ini menegaskan akan sesuatu yang pasti akan terjadi. Hal ini merupakan
teguran keras bagi mereka yang berpikir bahwa menjadi orang Kristen akan
adem-ayem tanpa masalah dan persoalan. Pandangan yang seperti ini adalah
pandangan yang tidak realistis, bahkan menyesatkan.
Yakobus memberikan peringatan kepada kita dan nasihat untuk menghadapi pencobaan. Yakobus berkata, “Anggaplah sebagai suatu kebahagiaan.” Hal yang di maksud dalam istilah “anggaplah” adalah penilaian. Jadi, ketika seorang percaya jatuh dalam pencobaan, ia harus bisa menilai pencobaan itu dengan benar. Ia harus menilai pencobaan dari sisi Roma 8:28 dan Matius 5:11-13. Yakobus juga menasehati para pembaca untuk menilai pencobaan dengan benar, bahwa hal itu akan mendatangkan kedewasaan rohani.
Sikap
Menghadapi Pencobaan (Yak. 1:12-18)
Yakobus disini menjelaskan penjelasan pendekatan psikologis mengenal kejatuhan manusia dalam dosa. Yakobus 1:12 menekankan bahwa pencobaan memiliki dimensi positif bagi orang percaya. Namun, hal itu hanya berlaku bagi mereka yang menghadapi pencobaan dengan sikap yang benar. Oleh karena itu, berbahagialah orang yang bertahan secara aktif dalam pencobaan. Orang yang berani menghadapi pencobaan melihat pencobaan sebagai alat uji akan menunjukkan ketahanan iman. Ada tiga hal yang saya baca dan saya pahami untuk dapat bertahan dalam pencobaan juga bertahan dalam menghadapi pencobaan, yaitu:
Penyebab
Pencobaan (ay.13-14)
Godaan dan ujian yang
dihadapi orang percaya merupakan kesempatan untuk pencobaan dan bukan penyebab
dari pencobaan itu. Penyebab dari pencobaan ada dalam diri manusia. Ujian dan
godaan yang datang dari luar dapat menjadi penyebab pencobaan dalam diri
manusia. Yakobus menjelaskan pencobaan yang muncul dalam diri manusia. Ada dua
hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini:
1. Allah
bukan Penyebab Pencobaan
Tuhan bukan sumber
pencobaan yakobus menjelaskan hal ini secara lebih terperinci. Tujuan sama
sekali tidak dapat dicobai oleh hal-hal jahat atau oleh orang-orang jahat karena
hakikat-Nya ialah kudus. Kejahatan tidak bisa bahkan tidak berdaya
menghadapi-Nya dan tidak dapat mencobai-Nya. Ia pun tidak pernah mencobai orang
untuk kejahatan karena hal itu bertentang kekudusan-Nya. Kejahatan adalah
sesuatu yang assign bagi Allah. Sebagaimana Allah adalah terang dan dalam-Nya
tidak ada kegelapan, demikian juga Allah itu kudus, dosa dan kejahatan tidak
ada dalam dirinya.
2. Pencobaan
yang Sebenernya adalah Keinginan dari Diri Sendiri
Penyebab yang sebenernya dari pencobaan adalah diri manusia. Hal inilah yang membuat persoalan sedemikian rumit. Manusia tidak sama dengan Allah yang tidak bisa mencobai dirinya sendiri. Yakobus mengatakan bahwa “tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri”. Apakah yang dikamksudkan dengan “keinginan”? Allah menciptakan manusia dengan hasrat untuk berbeda, memiliki, dan menikmati. Kebutuhan dasar manusia tersebut pada dasarnya adalah baik. Hal itu diberikan kepada manusia untuk dapat hidup dalam persekutuan. Tuhan pada dasarnya telah memenuhi kebutuhan dasar untuk mengarahkan manusia kepada Allah.
Pembuktian
Iman Dalam Perbuatan (Yak. 1:19-27)
Tema
utama Yakobus 1:2-18 adalah pembuktian iman orang Kristen melalui
ujian/pencobaan. Sedangkan tema Yakobus 1:19-27 adalah pembuktian iman orang
Kristen dalam perbuatan. Perikop ini dibagi menjadi tiga bagian:
1.
Prasyarat yang benar bagi pendengarnya
(19-21)
2.
Panggilan untuk melakukan firman Tuhan
(22-25)
3.
Ibadah yang sia-sia dan ibadah yang
sejati (26-27)
Dalam Yakobus 1:19 bagian ini sangat penting. Dalam teks ini ditekankan pentingnya penguasaan lidah (kata-kata), penguasan diri, dan temperamen. Hanya orang bodoh yang tidak menguasai lidahnya. Ada orang mengatakan bahwa tidak sia-sia Allah memberikan manusia dua telinga untuk mendengar, tetapi hanya satu mulut untuk berbicara. Jadi, mendengar secara benar dan tepat bukan saja berlaku dalam hubungan dengan Allah serta sikap dalam mendengar firman Tuhan atau khotbah. Orang Kristen seharusnya memiliki sikap yang menunggu dan mendengar secara benar, bukan dikuasai oleh amarah yang tidak terkendali. Dalam Yakobus 1:20 dijelaskan bahwa menguasai amarah penting, karena amarah tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah. Dalam tradisi Yahudi dan hellenis, amarah dipandang sebagai sesuatu yang bersifat menghancurkan sehingga perlu dihindari. Bagian ini mengingatkan akan pengajaran Tuhan Yesus dalam khotbah di bukit (Mat. 5:5).
Panggilan
melakukan Firman Tuhan
Yakobus disini menekankan perwujudan dari mendengar firman dan melakukan firman. Kedua sisi ini bagaikan dua sisi mata uang, yang tidak akan berlaku jika salah satu sisinya hilang. Jadi, mendengar dan melakukan firman adalah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Yakobus 1:21 menyatakan dengan jelas bahwa orang yang mendengar, tetapi tidak melakukan berarti menipu dirinya sendiri. Yakobus menjelaskan hal ini lebih lanjut dalam ayat 23-25. Yakobus juga menegaskan bahwa orang percaya harus mendengar firman terus menerus. Kata “hendaklah” berasal dari istilah bahasa Yunani ginesthe. Kata ini ditulis dalam bentuk perintah (imperatif), bukan permintaan (khortatif “hendaklah”). Kata tersebut dalam ayat ini menegaskan akan kesinambungan atau kontinuitas dari kata kerja yang ada. Yakobus juga memberikan saya contoh praktis dari kesia-sian mendengar firman Tuhan tanpa melakukannya. Artinya, tanpa konsekuensi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Penekanan disini adalah hal kesementaraan dari tindakan sekedar mendengar tanpa melaksanakannya dalam kehidupan sehari-sehari.
Hal-hal
baru yang ditemukan
Setelah membaca
buku tafsiran surat Yakobus ini selama beberapa minggu, banyak hal-hal baru
yang saya dapatkan, saya juga belajar dari Yakobus mengenai ujian dan pencobaan
yang dialami orang percaya, ujian dan cobaan yang datang kepada setiap orang
percaya bukan lah dari Tuhan melainkan dari diri sendiri, dan ujian-ujian
tersebut memampukan setiap orang percaya untuk tetap setia melayani Tuhan
apapun tantangan dan rintangan yang ada.
Ujian
dan pencobaan sendiri bagi orang percaya adalah sebuah proses bagaimana sikap
orang Kristen dalam menjalani kehidupannya, bagaimana cara orang Kristen dalam
menghadapi tantangan yang datang dalam kehidupan, ujian dan pencobaan
memampukan setiap orang Kristen bergerak menuju level yang lebih tinggi,
melalui ujian dan pencobaan setiap manusia di mampukan untuk sadar akan
keberadaan nya. Benar bahwa setiap aspek kehidupan manusia, manusia yang telah
percaya kepada Yesus tidak dapat mengandalkan dirinya sendiri melainkan butuh
dorongan dan bantuan orang lain dalam menghadapi perkara-perkara yang ada di
dunia ini. Itulah hal baru yang saya dapatkan dalam tafsiran Yakobus ini.
Terimakasih Tuhan Yesus Memberkati.
Yakobus juga menjelaskan bahkan mengajarkan saya bahwa setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri. Ia di seret dan dipikat. Oleh karena itu, kesalah dan kejatuhan dalam dosa haruslah ditanggung oleh orang itu sendiri. Godaan dari luar, tetapi pencobaan datang dari keinginan diri sendiri yang menerima godaan terjadi dalam diri setiap kita orang percaya.
Kelebihan
Buku
Kelebihan yang saya dapat dalam buku tafsiran Yakobus ini, bahasa yang dipakai mudah dipahami dan bagian-bagian dalam tiap-tiap topik sangat menarik, juga mengajarkan banyak hal yang belum pernah saya temui atau bahkan saya baca. Tafsiran Yakobus ini bermanfaat bagi orang-orang yang bukan belajar teologi karna di dalam buku tafsiran ini banyak langkah dan tahap-tahap bagaimana untuk mengatasi masalah dan pencobaan yang datang dalam kehidupan dan di dukung oleh ayat-ayat Alkitab juga.
Kekurangan
Buku
Kekurangan
yang saya dapat di dalam buku tafsiran Yakobus ini adalah, kurang nya rujukan
di dalam buku, karena rujukan-rujukan atau catatan kaki tersebut memapukan para
pembaca untuk mencari buku lain untuk menjadi refrensi pembacaan dan menambah
wawasan. Karena kurang nya rujukan atau catatan kaki akan membuat pembaca
memiliki pemahaman hanya sampai disitu saja. Demikianlah kekurangan yang saya
temukan selama saya membaca buku Tafsiran Yakobus ini.
0 Comments