TINJAUAN HISTORIS DAN TEOLOGIS LAGU BILA ROH ALLAH ADA DI DALAMKU DALAM IBADAH GEREJA

 


MAKALAH

TINJAUAN HISTORIS DAN TEOLOGIS LAGU BILA ROH ALLAH ADA DI DALAMKU DALAM IBADAH GEREJA


 

Oleh: Samuel Risa Smith Batubara

N.I.M: 215.ST.12.18

 

Mata Kuliah: Liturgika

Dosen: Purwanto, M.Div., M.Th

 

 

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TABERNAKEL INDONESIA

Surabaya

2018 – 2019



BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefenisikan musik sebagai ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan, nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan (terutama yang menggunakan alat-alat yg dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu). [1]

Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Musik digunakan secara luas oleh manusia dalam berbagai suasana dan tujuan. Salah satu tujuan yang digunakan yaitu untuk acara-acara ibadah. Gereja – gereja di Indonesia mempunyai tim musik yang dalam pelayananya menggunkan berbagai macam alat musik seperti gitar, bass, piano, keyboard, drum, violin, saxophone, trumpet. Dan berbagai macam alat musik lainnya. Adanya song leader sebagai pemimpin yang mengkordinaksikan.

Seni mempunyai peran penting dalam ibadah gereja, terutama seni musik yang sangat berperan penting dalam proses ibadah. Seni musik digunakan oleh manusia sebagai sarana puji-pujian untuk menyerukan nama-Nya, selain untuk sarana puji-pujian seni musik juga sangat berperan penting untuk menciptakan suasana khidmat dalam ibadah.[2]

Alat musik seperti gambus, kecapi, seruling, ceracap juga terdapat dalam kitab Mazmur pasal 150 ayat 1-6. Alat musik digunakan pada zaman dahulu untuk mengiringi nyanyian dan pujian kepada Tuhan. Lagu-lagu pujian rohani mulai diciptakan oleh Daud untuk mengadakan ibadah dan penyembahan kepada Tuhan.

 

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang penulis uraikan adalah sebagai berikut:

1.     Apakah yang dimaksud dengan Musik

2.     Bagaimana peranan musik pada ibadah Gereja

3.     Bagaimanakah kegunaan pujian Bila Roh ada di Dalam Ku

 

1.3  Tujuan Penelitian

Yang menjadi tujuan dari penilitian ini adalah sebagai berikut:

1.     Untuk mengetahui bagaimana peran musik iringan pada ibadah di Gereja

2.     Untuk mengetahui kegunaan pujian dan proses iringan musik pada ibadah di Gereja

3.     Untuk mengetahui perbedaan pujian dan penyembahan terhadap lagu yang dinyanyikan

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Musik

Musik adalah ilmu atau seni dalam menyusun nada-nada dan bunyi secara teratur untuk menghasilkan suatu bentuk yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Menurut Phytagoras, musik adalah suatu sistem dari bunyi dan irama yang berada di bawah pengaruh hukum metematika yang terdapat di alam ini. Menurut Aristoteles, musik adalah suatu yang dapat di pakai untuk mengungkapkan dan meniru apa yang terdapat dalam hati atau jiwa seseorang.

2.2 Musik Ibadah

Musik dan ibadah tidak dapat dipisahkan, sehingga untuk mencapai hasil yang prima dalam ibadah kita harus menggabungkan keduanya. Oleh karena itu peranan musik adalah untuk menciptakan kesadaran dan kehadiran Allah dan suasana ibadah, menghidupkan juwa manusia, menyatukan jemaat dalam suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan iman jemaat. Dengan kata lain, musik dapat menjembatani hubungan antar iman seseorang dengan perasaan sikap hidupnya.[3] Oleh karena itu ibadah merupakan ungkapan syukur atau jawaban umat atas karya penyelamatan Allah di dalam Kristus. Ibadah bukan upaya untuk memperoleh atau menggapai keselamatan yang telah dikaruniakan Allah. Itulah sebabnya pamahaman tentang ibadah tidak dapat di pisahkan dari pemahaman iman gereja atau dapat dikatakan bahwa ibadah merupakan cermin pemahaman iman gereja.

Musik memegang peranan penting dalam masyarakat di jaman sekarang ini, karena musik mempunyai kegunaan dan fungsi di dalam kehidupan manusia. Musik dipakai sebagai alat untuk menyampaikan arti identitas dari masyarakat itu sendiri. Allah mencipakan manusia untuk kemuliaan-Nya, menciptakan musik khusus disesuaikan dengan bentuk pelayanan yang ditunjukkan pada umat-Nya.

Dalam teori dan konsep nyanyian musik gereja, Praise and Worship (PW/ Pujian & Penyembahan) adalah pelayanan yang tidak hanya mengenal bagaimana cara bermain aransemen musik dengan baik atau menyanyi dengan bagus, namun juga kita belajar bagaimana mencintai dan merasakan musik yang dimainkan sehingga musik tersebut sampai kepada Tuhan. Jika atau hanya sekedar melayani tanpa sasaran yang jelas, akibatnya akan membuang waktu.

Dengan adanya pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa musik ibadah adalah tidak lain dari pada pekerjaan gereja yaitu pelayanan terhadap Allah. Musik dalam ibadah bukan untuk intertainment, bukan untuk menyenangkan style dari pendeta, dan bukan untuk mempertahankan kebudayaan maupun tradisi dari perjanjian lama atupun baru.

2.3 Menari Bagi Tuhan

Dalam beberapa kebaktian, pemimpin acara sering mengajak jemaat untuk menari bagi Tuhan sambil menyanyikan lagu “Bila Roh Allah Ada di dalamku, ku ‘kan menari s’perti Daud menari”. Jemaat akan berjoget sambil tertawa-tawa seperti ketika sedang menonton konser dangdut. Lagu ini bahkan sering dipakai sebagai ice-breaker atau pemecah kebekuan dalam berbagai acara gereja. 

Ketika tabut Tuhan dibawa kembali ke Yerusalem. Daud menari-nari di depan para pengusung tabut dengan sukacita. Tabut adalah lambang kehadiran Tuhan di tengha umat-Nya, yang sebelumnya telah di rampas bangsa Filistin dan peperangan. Secara tradisi, jika sebuah rombongan kehormatan sedang melakukan perarakan atau pawai, para budak akan menari-nari di depan mereka seperti badut sebagai tanda penghormatan. Daud, yang saat itu menjadi Raja Israel, menanggalkan semua kebesarannya dan berlaku seperti budak, demi penghormatannya kepada Tuhan. Itulah sebabnya Mikhal, istinya. Melakukan protes atas tindakan Daud tersebut. Ia menggangap tindakan menghinakan diri yang Daud lakukan tidak pantas bagi seorang raja.

 

Tetapi Daud tahu apa yang dilakukannya. Ia bahkan bersedia menghinakan dirinya lebih dari itu demi rasa hormatnya kepada Tuhan (ay.22). jadi Daud menari-nari bukan demi kesenangannya sendiri. Melainkan sebagai ungkapan penghormatan dan sukacita atas kehadiran Tuhan. Ketika anda sedang menyembah Tuhan dengan nyanyian maupun tarian. Lakukan dengan segenap hati sebagai penghormatan kepada-Nya.

 

2.4 Musik dalam Alkitab

Ada tujuh cerita dari Alkitab yang disahkan kembali secara singkat. Kalau kita membaca setiap cerita dengan teliti, mungkin kita akan merasa heran (sama seperti kita merasa heran ada sekian banyak jawaban atas peranyaan: Mengapa manusia membuat musik?)

a.     Untuk bermain. Pernah Tuhan Yesus menggambarkan sekelompok orang dewasa sebagai anak-anak kecil yang sedang berbantah-bantah tentang cara mereka akan bermain bersama-sama. Dalam kisahNya itu Yesus berkata kira-kira sebagai berikut: “Kami main suling dengan gembira bagi kalian, seperti yang biasa pada perkawinan, tetapi kalian tidak mau menari! Kami pun menyanyikan lagu perkabungan bagi kalian, tetapi kalian tidak mau menangis!” (Mat 11:16-17).

b.     Untuk menambah semangat. Ketika pasukan Gideon yang terdiri dari tiga ratus orang itu pergi melawan musuh-musuh mereka yang berjumlah 135 ribu orang, Gideon memakai alat-alat senjata yang aneh. Tiap prajurit membawa serta terompet itu ditiup secara serentak, sehingga mengeluarkan bunyi yang keras. Musuh-musuh pasti berpikir: Waduh! Kalau anggota band angkatan bersenjatanya saja sudah sebanyak iu, coba bayangkan berapa banyak jumlah seluruh bala tentaranya! (Hakim 7:19-21).

2.5 Musik Pengiring Ibadah

Musik rohani adalah musik yang mengandung nilai-nilai ibadah. Musik dapat membantu proses ibadah karena bersifat ekspresif dari pada berbicara. Segala perasaan manusia dapat disampaikan dengan intesitas yang lebih tinggi dan diekspresikan melalui nada-nada, melodi, tempo, dan irama yang ada di dalam musik. Dua manfaat dari musik rohani adalah: Relasi vertical, musik rohani, bisa disebut musik gerejawi, merupakan sarana pendukung yang meliputi penyembahan, pemujaan, doa, dan pengucapan syukur. Hal ini sesuai dengan arti penyembahan yang dalam bahsa inggris kuno, yaitu weorthscipe. Kaa ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu weorth (worthy) dan scipe (ship). Artinya, menghargai atau menghormati seseorang.

Relasi horisontal. Musik rohani dapat membangun iman dan kehidupan umat Kristen. Dengan musik rohani, persatuan dapat ditingkatkan dan diekspresikan. Selain itu, musik rohani dapat digunakan untuk menegur, menasehati, menghibur, dan menobatkan sehingga dapat meningkatkan persatuan. Musik dapat dipakai untuk bersaksi tentang kebesaran, kemahakuasaan dan pertolongan Tuhan.

Pada awalnya, bentuk musik rohani adalah berupa hymne, namun belakangan ini terdapat banyak aliran musik yang muncul karena adanya apresiasi hal tersebut diakibatkan manusia yang sangat kreatif dan selalu ingin menciptakan hal baru, sehingga bentuk musik rohani juga mengalamai perubahan seperti adanya bentuk musik iringan band dalam gereja.

Bentuk band sebagai musik di Gereja merupakan satu hal yang positif yang dapat mendukung pelayanan saat ibadah. Penggunaan band sebagai pengiring ibadah dapat mempengaruhi hati para jemaat agar lebih setia dan selalu aktif untuk beribadah ke gereja. Dalam pujian dan penyembahan musik band dapat menjadi semangat dalam memuji Tuhan.

Band sebagai musik pengiring dalam ibadah gereja sudah menjadi hal yang wajar. Musik band yang telah dipersiapkan dengan baik, dapat membuat suasana hati dan pikiran jemaat untuk lebih focus dalam beribadah di gereja. Dalam iringan musik band di Gereja memiliki beberapa instrument seperti gitar, bass, drum, piano, keyboard, combo, violin, saxophone.

Alat-alat musik yang disebut-sebut di dalam Alkitab sebenarnya hampir tidak ada lagi, juga hanya sedikit gambar atau ukiran dari alat-alat musik itu. Namun demikian, para ahli ilmu purbakala dapat menolong kita menemukan banyak penjelasan tentang alat-alat musik yang disebut tidak ada lagi; juga hanya sedikit gambar dan ukiran dari alat-alat musik itu. Namun demikian, para ahli ilmu purbakala dapat menolong kita menemukan banyak penjelasan tentang alat-alat musik yang disebut-sebut di dalam Alkitab.

Iringan musik band tersebut mempunyai interaksi antara pemain dengan yang lainnya dengan cara memakai tanda-tanda menggunakan jari sebagai tanda yang biasa dilakukan, seperti halnya jari telunjuk mempunyai peran penting dalam mengulang bait pertama, jari telunjuk dan jari tengah menyatakan refrain, tiga jari untuk tengah, manis dan kelingking berfungsi sebagai penghabisan lagu diulang sebanyak tiga kali, hal tersebut sepertinya sudah turun temurun untuk dilakukan sehingga setiap pemain musik di gereja tersebut sudah memahaminya.

2.6 Musik Sebagai komunikator Penginjilan

Sebagai alat komunikasi, setelah musik sampai ke dalam pikiran kita, akan menimbulkan tiga respon, yaitu respon mental, respon emosi dan respon fisik. Musik berfungsi sebagai alat komunikasi yaitu menjangkau orang dengan berita tentang Allah. Misi dari musik rohani adalah sebagai modl bahasa yang dipakai untuk mengkomunikasikan maksud. Sebagai alat komunikasi, musik rohani dipakai untuk mengerjakan kebenaran.

Pada umumnya keyakinan orang lebih mudah diteguhkan oleh nyanyian daripada nasehat. Hal ini disebabkan oleh kata-kata yang disusun dalam bentuk syair dan dapat dilagukan, menyebabkan perkataan atau pesan yang disampaikan menjadi lebih mudah untuk diingat. Austin Lovclave dan William Race dalam bukunya “Music and Worship in The Church” mengatakan tentang perbedaan musik dan nasehat dalam penerimaan manusia yaitu: Musik menyentuh emosi manusia lebih dahulu kemudian imajinasinya, dan berakhir pada pikirannya. Nasehat menyentuh pikiran manusia lebih dahulu, kemudian imajinasinya dan berakhir pada emosi.[4]

Musik yang digunakan dalam penginjilan harus menyanyikan pesan bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamat. Dan mengundang orang bereaksi terhadap itu baik secara fisik, emosional maupun secara intelektual kepada pesan. Teks atau syairnya harus berpusat pada injil.

Musik rohani hendaknya digunakan dalam penginjilan dengan bertujuan agar pesan yang disampaikan lewat pujian bisa diterima pendengar dengan jelas yang berarti tidak mungkin disalah pahami. Syair bisa diangkat langsung dari Alkitab atau didasarkan pada ayat-ayat Firman Tuhan.

2.7 Nyanyian Jemaat

            Nyanyian jemaat adalah bagian dari musik gereja yang dinyanyikan bersama-sama oleh jemaat dalam ibadah. Nyanyian jemaat terdiri dari syair dan melodi. Nyanyian jemaat biasanya terdiri dari beberapa baris kalimat yang dikelompokkan menjadi satu bait. Tiap baitnya dinyanyikan dengan nada yang sama. Ada beberapa lagu yang memiliki refrain, ada yang tidak memakai refrain. Refrain adalah syair yang diulang setelah bagian bait. Biasanya berisi kesimpulan atau bagian dari inti lagu tersebut.

            Nyanyian yang sering dipakai sebagai nyanyian jemaat dalam ibadah adalah lagu-lagu hymne, Agustinus, Bapa Gereja dari abad 6, mengatakan bahwa hymne adalah nyanyian yang berisi pujian kepada Tuhan. Jika ada pujian, tetapi bukan untuk Tuhan, maka itu bukanlah sebuah hymne. Jika adad pujian yang ditujukan pada Tuhan tetapi tidak dinyanyikan, itu juga bukanlah sebuah hymne. Jadi dalam sebuah hymne harus ada ketiga unsur tersebut, yaitu: pujian, ditujukan kepada Tuhan, dan dinyanyikan.[5] Kita juga mengenal aksen dalam musik, kalimat dalam musik, karakter lagu dan sebagainya. Lagu yang baik memiliki melodi yang kuat dan dapat dengan mudah dinyanyikan oleh seluruh jemaat. Mudah dalam arti jangkauan nada dan ritmenya tidak terlalu susah dan rumit.

            Ada berbagai macam nyanyian jemaat di Indonesia, baik yang berbentuk hymne, pop, maupun etnik. Pada 1984 diterbitkan Kidung Jemaat. Kidung Jemaat adalah buku nyanyian jemaat yang dipakai oleh sebagian besar umat kristiani di Indonesia. Di tahun 1999 terbit Pelengkap Kidung Jemaat sebagai tambahan Kidung Jemaat. Selain itu, tiap sinode memiliki buku nyanyian masing-masing, misalnya Nyanyikanlah Nyanyian Baru (GKI), Gita Bakti (GPIB), Kidung Kabugahan (GKP), Buku Ende (HKBP), dan sebagainya. Di dalam nyanyian jemaat ada berbagai macam lagu dari berbagai priode dan bernuansa etnik baik budaya Indonesia maupun budaya lain.

 

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Kesimpulan yang dapat penulis bisa ambil adalah. Musik tidak dapat dipisahkan dari ibadah gereja, bukan hanya ibadah saja tapi dari masyarakat Kristen yang mencintai seni musik. Oleh sebab itu gereja harus bisa membina warga gereja termasuk anak muda sekalipun untuk dapat bermain musik di dalam suatu ibadah di dalam gereja. Agar terciptanya suatu ibadah yang harmonis dan indah bila di iringi oleh musik. Bukan hanya membina warga gereja tetapi juga membuka kursus musik untuk regenerasi pemain musik yang akan datang guna menjaga keharmonisan dalam pelayanan dan keharmonisan dalam lingkungan jemaat. Dan sebagai dasar untuk melayani Tuhan, saya berharap di Gereja manapun dan golongan apapun harus bisa membina warga gereja nya dalam mengambil pelayanan bukan hanya di bidang musik saja melainkan di bidang-bidang lainnya. 

Tuhan menciptakan manusia tujuannya untuk memuliakan nama-Nya oleh sebab itu marilah kita manusia memakai pengetahuan dan memakai hikmat yang kita miliki untuk memuliakan bahkan menyembah Dia. Janganlah pengetahuan yang kita memiliki membuat kita menjadi sombong dan mengandalkan kekuatan kita dalam segala hal. Musik diciptakan bertujuan agar terciptanya ibadah yang indah dan harmonis, menjadi perantara jemaat untuk memiliki perjumpaan khusus lewat pujian dan penyembahan, dan biarlah kita melestarikan musik yang ada, walapun di jaman sekarang sudah banyak lagu-lagu baru biarlah lagu-lagu lama kita juga nyanyikan agar dapat di lestarikan dan dibagikan kepada anak cucu kita.

Karena musik adalah dari Allah dan untuk dikembalikan kepada Allah maka kita harus melihat kembali apa yang perlu kita kerjakan untuk musik agar menempati porsi yang benar. Pertama, kita harus menyadari betapa besar dan kuatnya pengaruh musik terhadap banyak hal, terutama emosi manusia. Kedua, seni tidak dapat dicegah perkembangannya tetapi harus diikuti tanpa ikut terhanyut di dalamnya.

Dalam hal ini kita harus bergantung kepada pimpinan Roh Kudus. Bila kita telah memakai jenis musik yang mana saja, jangan lupa untuk mencari pujian bagi diri pribadi. Jadi semua yang dilakukan oleh pemain musik atau penyanyi akan tercermin dalam musik yang dibawakannya. Ketiga, semua orang yang terlibat dalam pelayanan musik dalam gereja harus ingat bahwa mereka melayani Allah, janganlah mencoba untuk meninggikan diri sendiri. Tetapi dengan rendah hati memberikan semua yang mereka punyai, baik, bakat, talenta dan sebagainya bagi Allah. Ingat, ini bukan berarti kita harus berpuas diri dan tidak usah belajar lagi, karena semua sudah diserahkan kepada Roh Kudus. Justru kita harus meningkatkan diri agar pelayanan musik makin meningkat dan makin sempurna. Kesempurnaan harus selalu kita kejar.

 

DAFTAR PUSTAKA

DR. J.L. Ch. Abineno, 2005, Unsur-unsur Liturgika Yang Dipakai Oleh Gereja-gereja Indonesia, Jakarta, Pt Bpk Gunung Mulia.

Bryan Chappel, 2015, Christ Centered Worship Kiranya Injil Membentuk Perbuatan Kita, Malang, Literatur Saat.

Baker’s, Dictionary of Theology, Michigan: Grand Rapids, Baker Book House, 1960.

Douglas, J. D., Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 2, Jakarta: OMF/Yayasan Bina Kasih, 2000.

Webster’s New World Dictionary of the American Language, New York: The World Publishing Company, t.t.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1986.

Van Olst, E.H., Alkitab dan Liturgi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Sorge, Bob, Mengungkap Segi-Segi Pujian dan Penyembahan, Jogjakarta: Andi Offset, 1991.

Ranchman Rasid, Pengantar Sejarah Liturgi, Jakarta: Bintang Fajar, 1999.

Riemer, G., Cermin Injil, Jakarta: Yayasan Komunikasi Binakasih/OMF, 1995.

Douglas J.D (ed), Ensiklopedia Alkitab Masa Kini jilid I, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2004

G Riemer, Cermin Injil, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995

F. White James, Pengantar Ibadah Kristen, BPK-GM, Jakarta: 2011

Pdt. Juswantori., Musik Dalam Ibadah (Jakarta: Grafika Kreasindo, 2012)

 

 



[1] KBBI Ofline 1.5.1

[2] Musik Gerejawi

[3] Peran Musik Gereja

[4] Austin Lovclave and William Race, Music and Worship in The Church (Philadelpia: Westminster,1986), 101

[5] Pdt. Juswantori., Musik Dalam Ibadah (Jakarta: Grafika Kreasindo, 2012), 16.


Post a Comment

0 Comments