Tekonologi memang memudahkan
manusia. Lewat media online, kita dapat mempelajari Alkitab bersama-sama tanpa
harus berkumpul di satu tempat. Hanya dengan menekan tomol keyboard kita dapat
saling mengutarakan dan menanggapi pendapat tentang satu ayat atau pasal.
Dengan streaming, kita dapat “menghadiri’ ibadah umum tanpa harus hadir secara
fisik di gereja. kemudahan inilah yang akhirnya membuat beberapa orang merasa
tidak perl lagi ke gereja dan bertemu dengan orang percaya yang lain. Mereka
pun hanya mengandalkan makanan-makanan rohani yang bertebaran di internet atau
bahkan radio.
Dalam pasal ini Yohanes memang
menekankan perihal kasih dan ajaran sesat, agar jemaat selalu hidup dalam kasih
dan tetap waspada terhadap para penyesat. Tapi ada satu hal baik yang
sebenarnya dapat kita teladani dari sikap Yohanes. Di bagian penutup, ia
mengatakan; “Banyak sekali yang perlu saya beritahukan kepadamu, tetapi rasanya
lebih biak jangan melalui surat. Saya berharap dapat mengunjungi dan berbicara
sendiri dengan kalian, supaya hati kita sungguh-sunguh gembira”. (ay. 12; BIS).
Bukankah ini artinya ia lebih gembira jika dapat bertemu dengan jemaat secara
langsung? Ia bisa saja memberikan nasihat-nasihatnya lewat surat, tapi ia menyadari
bahwa penting juga untuk ia dapat bersekutu dengan mereka secara fisik.
Tekonologi memang memudahkan kita
dalam melakukan dan mendapatkan banyak hal, namun jangan sampai hal ini justru
menggantikan hal-hal baik yang sudah ada. Teknologi seharusnya membuat keadaan
menjadi lebih baik, bukan buruk. Sebab itu, gunakan teknologi dengan bijak.
Sebagai orang percaya, kita sebaiknya sadar benar bahwa kita tidak seharusnya
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan rutin dengan sesama orang percaya.
bukankah firman Tuhan sudah mengatakan dengan jelas? Bahwa kita justru harus
makin giat dalam bersekutu dan saling menasehati menjelang hari Tuhan yang
mendekat? Jadi mengapa kita justru menguranginya dan bahkan meniadakannya sama
sekali?
0 Comments