Surat Filipi


“Surat Filipi”

Penataan jemaat Filipi bisa kita lihat dalam salam Paulus di awal surat ini. Meski surat ini ditujukan bagi “semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi,” Paulus juga secara khusus menyebutkan “penilik jemaat dan diaken,” meski mereka hanya diletakkan di latar belakang. Mungkin mereka disebutkan karena merekalah yang bertanggung jawab mengatur pemberiaan jemaat kepada Paulus, dan salah satu tujuan surat Filipi adalah untuk menyampaikan rasa terima kasih Paulus atas pemberian ini.

Selain itu, karena Kisah Para Rasul 14:23 melaporkan bahwa Paulus dan Barnabas menetapkan para penatua di setiap jemaat yang didirikan pada perjalanan misi mereka, maka sangat masuk akal jika kita menduga Paulus juga turut berbagian dalam penataan jemaat Filipi.

Jemaat Filipi memelihara ikatan yang kuat dengan Paulus, yang sangat mungkin mengunjungi mereka lima tahun setelah ia meninggalkan Efesus, karena menurut Kisah Para Rasul 20:1-2, Paulus berangkat ke Makedonia dan memberikan dorongan kepada jemaat-jemaat di situ, dan jemaat Filipi jelas termasuk didalamnya.

Jemaat ini berada di kota bersejarah yang didirikan oleh ayah Aleksander Agung dan dinamakan seperti pendirinya. Setelah kalahnya Mark Anthony dari Oktavianus pada perang Aktium (31 SM), kota ini ditetapkan sebagai koloni militer dengan hak istimewa bagi warganya. Fakta ini bisa menjelaskan terminology yang dipakai di Filipi 1:27; 3:20, saat Paulus berbicara tentang kewarganegaraan sorgawi. Kisah Para Rasul sempat mencatat kebanggaan masyarakat Filipi atas hak istimewa mereka (bdk. Kis 16:20-21 dan istilah yang dipakai untuk menyebut mereka – prsetors dan lictors – 16:20, 35).

II Peristiwa

Di Filipi 4:18, Paulus merujuk kepada pemberian yang jemaat kirimkan melalui Epafroditus. Meski ia bertrimakasih atas kemurahan mereka di akhir surat ini, tidak berarti hal in adalah pertama kalinya ia menghargai pemberian mereka, karena jikalau demikian, ia tidak akan membahas hal sepenting ini di akhir surat. Tetapi jika ia sebelumnya telah berterima kasih, maka Surat Filipi tidak ditulis semata-mata karena faktor pemberian itu.

Di sini kita perlu secara khusus melihat posisi Epafroditus. Menurut Filipi 2:25, Epafroditus oleh jemaat filipi untuk secara khusus melayani keperluan Paulus. Selama melayani Paulus, ia sempat sakit keras dan hampir mati (2:27), dan Paulus menyadari kebaikan Allah dalam menghindarkan Epafroditus dari kematian.

Menurut J. H. Michael, Paulus telah menulis setidaknya satu surat lain kepda mereka dan cara Paulus mencatat tentang pemberian jemaat di Surat Filipi bersifat terlalu tidak langsung sehingga pasti bukan merupakan penghargaan pertama. Di sini terdapatnya kesalah pahaman dalam surat sebelumnya. Mereka mungkin berpikir Paulus tidak menghargai kemurahan hati mereka sehingga ia menyebutkan kebaikan mereka sejak pertama sekali, yaitu sejak berdirinya jemat Filipi. Ia telah belajar untuk mencukupkan diri dalam segala keadaan (4:11). Mungkin jemaat Filipi salah paham atas apa yang dia tuliskan sebelumnya sehingga menganggap Paulus tidak memerlukan pemberian mereka. Ayat di surat Filipi ini memperluas apa yang pernah Paulus tulis sebelumnya untuk menjelaskan bahwa kemandiriannya sama sekali tidak berlawanan dengan penghargaannya yang sejati atas pemberian mereka. Kemungkinan besar saat akan mengakhiri Surat Filipi, Paulus sedang merenungkan situasinya saat ini dan merasa dikuatkan saat ia mengingat dukungan materi dari jemaat Filipi.
Alasan lain bagi Surat Filipi dapat di temukan di:
1.      Pemberitahuan akan kedatangan Timotius yang tidak lama lagi;
2.      Rencana Paulus sendiri, jikalau mungkin, untuk segera mengunjungi mereka, dan
3.      Penekanan atas kesatuan jemaat di surat ini, yang menunjukkan adanya kecondongan ke arah perpecahan atau setidaknya relasi yang kurang akrab (bdk. 4:2 di mana dua orang wanita dinasihati agar sehati sepikir dalam Tuhan). maksud dari pasal 3, tetapi peringatan Paulus agar jemaat berhati-hati dengan pengikut Yudaisme menunjukkan ia mengantisipasi bahaya yang saat itu belum tiba.

III Tempat dan Waktu Penulisan

Karena Paulus jelas sedang ditahan (Flp. 1:7, 13, 160 maka yang menjadi masalah utama adalah menunjukkan di penjara mana ia menulis surat ini. Menurut pendapat tradisional, Paulus menulis Surat Filipi saat sedang di penjara di Roma, tetapi pendapat ini dilawan oleh dua teori lain, yaitu teori Kaisarea dan Efesus. Surat ini diyakini ditulis pada musim semi (antara bulan Maret-Juni) tahun 58 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59, atau tahun 53-56.
a.       Kaisarea

Hipotesis Kaisarea akan kita lihat terlebih dahulu. Hipotesis ini awalnya tidak banyak didukung, tetapi menurut beberapa theolog saat ini, nilai posistif dari hipotesis ini terlalu cepat diabaikan.

1.      Surat Filipi diyakini menunjukkan bahwa pemenjaraan Paulus baru terjadi dan belum berlangsung lama. Tetapi, surat ini tidak memastikan lamanya pemenjaraan atau jangka waktunya dari sejak kunjungan Paulus yang terakhir ke Filipi (bdk. Flp. 1:30 ; 4:10). Selain itu, surat Filipi memberi kesan bahwa Paulus siap untuk martir. Hal ini tidak sesuai dengan penahanan ringan yang ia alami di Kaisarea.

2.      Polemik melawan pengajar Yahudi di pasal 3 diklaim membuktikan bahwa surat Filipi ditulis pada masa kontroversi Yahudi dan non-Yahudi sehingga sezaman dengan surat-surat awal Paulus, yang mengandung Beberapa ungkapan serupa dengan Filipi (bdk. Flp. 3:2 dengan 2Kor. 11:13 dan Gal. 5:12 ; Flp 3:3 dengan Gal. 6:13; Flp. 3:18 dengan Gal. 6:12 dan 1Kor. 6:23; dan Flp. 3:19 dengan 2Kor. 4:3; Rm. 16:18, Gal. 6:12, 14, dan 2Kor. 4:2).

3.      Istana yang tercatat di Filipi 1:13 bisa dipahami sebagai istana Herodes (Kis. 23:35), sehingga yang dimaksudkan dengan penghuninya bisa dibatasi pada semua yang memeriksa perkara Paulus. Tetapi rujukan istana di Filipi 1:13 paling natural dipahami sebagai pribadi, yaitu para penjaga itu sendiri, dan bukannya istana yang mereka huni (meskipun arti terakhir ini lebih dulu diterima). Paulus mengaitkan penjaga dengan “semua orang lain,” yang jelas harus dipahami sebagai pribadi.

4.      Surat Filipi menyatakan bahwa pemenjaraan Paulus menyebabkan banyak orang berani memberitakan Injil (1:14). Hal ini mensyaratkan Paulus di penjara di kota yang jemaatnya cukup besar. Tetapi, Kaisarea sulit memenuhi syarat ini.

b.      Roma

Tradisi yang menganggap surat ini dikirim dari Roma memiliki dasar yang lebih kuat.
1.      Inilah cara paling wajar untuk memahami “seluruh istana” (1:13) dan “mereka yang di istana kaisar” (4:22). Jika 1:13 merujuk kepada Pengawal Istana yang berkantor pusat di Roma atau, yang lebih mungkin, Pengawal Kekaisaran, maka 4:22 merujuk kepada para budak atau orang merdeka yang melayani di tempat tinggal Kaisar di kota yang sama, dimana sebagian dari mereka menanggapi panggilan Injil.

2.      Paulus memiliki harapan kuat untuk segera dibebaskan, supaya ia dapat kembali mengunjungi Filipi dalam waktu dekat. Tetapi di Kaisarea, ia sedang akan menempuh perjalanan ke Barat, dan hal ini diperteguh dengan naik bandingnya ia kepada Kaisar.

c.       Efesus

Jika kita menganggap Paulus pernah dipenjara di Efesus, maka mungkinkah Surat Filipi dikirim dari sana ? semakin banyak theolog yang menerima teori ini. Dibandingkan surat-surat lain yang dikirim dari penjara, ada lebih banyak dorongan untuk mengaitkan Surat Filipi dengan pemenjaraan di Efesus. Sekarang kita akan melihat dasar teori ini.

KESATUAN SURAT FILIPI

Menurut beberapa theolog, sebagian isi Surat Filipi merupakan sisipan. Mereka umumnya tidak menolak jika tambahan ini juga ditulis oleh Paulus, tetapi mempertanyakan relevansi posisinya saat ini (kecuali dalam kasus himne yang akan di bahas terpisah), kesulitan utama terkait dengan pasal 3, dan muncul dari pertimbangan berikut.
1.      Filipi 3:1a tampaknya dimaksudkan sebagai akhir surat (“Akhirnya saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan”). Tetapi di ayat 1b nada Paulus tiba-tiba menjadi serius dan setelah itu ia berbicara dengan keras.
2.      Perubahan mendadak ini dianggap tidak sesuai dengan kehangatan pasal 1, 2 dan 4.
3.      Penegasan otoritas Paulus di ayat 4 dst. Tidak senada dengan bagian sebelumnya dan kurang sesuai dengan situasi jemaat.
4.      Paulus tampaknya menyerang dua kencendrungan yang berbeda golongan bersunat, yang ia sebut “anjing” dan “penyunat Palsu”; dan para pemuja kebebasan, yang “Tuhan mereka ialah perut mereka” (3:19).

PENYUSUNAN FILIPI 2:6-11

            Menurut banyak theolog, Filipi 2:6-11 merupakan himne yang disusun secara terpisah dari bagian surat lainnya. Teori ini memiliki beragam bentuk yang bisa dikategorikan menjadi tiga: (1) Menganggap Paulus adalah penulis himne ini (2) Menganggap Paulus mengutip himne Kristen yang sudah ada; dan (3) Menganggap himne ini tidak ditulis oleh Paulus dan di sisipkan kemudian. Jika solusi pertama benar maka tidak ada kesulitan dan satu-satunya pertanyaan adalah apakah Paulus menyusun himne ini bersamaan sebelum ia menulis Surat Filipi. Karena bagian ini begitu sesuai dengan konteks Surat Filipi, tampaknya tidak ada alasan mengapa ia tidak mungkin menyusun keduanya bersamaan, meski kemungkinan kedua lebih umum dipegang.

Kelebihan

            Surat Paulus kepada jemaa Filipi (disingkat Surat Filipi) adalah salah satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat kiriman Rasul Paulus untuk jemaat Kristen yang ada di kota Filipi. Surat ini dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon.

            Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya yaitu Timotius dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi. Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken.

            Walaupun Surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan berdoa bagi jemaat di Filipi karena ia tetap yakin akan iman jemaat di sana.

            Maksud dan tujuan dari Surat Filipi ini adalah untuk memberikan nasihat kepada jemaat di kota Filipi, karena di kota itu terjadi suatu perpecahan sehingga Paulus menuliskan surat ini dan mengutus seorang anak rohaninya untuk mengantar surat tersebut, sebab Paulus sendiri saat itu sedang berada dalam penjara.

Kekurangan

            Banyaknya pandangan para theolog yang membingungkan, tetapi saya mempunyai pendirian bahwasannya segala tulisan dan pandangan-pandangan yang ditulis oleh para theolog kita kembali lagi ke konteks Alkitab dan kembali lagi ke sejarah yang ada pada zaman penulisan Alkitab tersebut, dan mengikuti apa yang Alkitab katakan mengenai isi Kitab tersebut. Karena terlalu banyak penafsiran yang kita pandang benar bisa jadi membuat kita jadi tersesat.

Post a Comment

0 Comments