Kemuliaan Allah Wahyu 4:3



“Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagai zamrud rupanya”

            Saat presiden Jokowi masih menjadi walikota Solo, bahkan saat ia masih jadi pengusaha, banyak orang di Solo sering bertemu beliau, termasuk beberapa kenalan saya. Kini mereka mengenang dengan bangga bertemu atau ngobrol dengan beliau. Tapi dulu, perasaan mereka mungkin biasa saja. Jika mereka pernah berfoo bersama, kini foto itu dipajangnya dengan bangga. Tapi dulu, foto itu mungkin dirasa biasa saja. Orangnya sama tapi kini mereka melihatnya sebgai orang nomor satu di Indonesia, bukan lagi pemimpin kota kecil atau sekedar pengusaha biasa.

            Dua ribu tahun lalu, Tuhan datang ke dunia sebgai manusia dalam sosok Yesu. Tujuan utama-Nya adalah untuk menjadikan diri-Nya sebgai korban tebusan demi menyelamatkan kita. Yesus datang sebagai sosok sederhana, penuh belas kasihan, dan bersahabat dengan kaum terpinggirkan. Itulah gambaran kasih Tuhan atas kita. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang penuh kasih dan dekat dengan kita. Tapi kita tak boleh lupa juga bahwa Dia tetaplah Allah. Firman Tuhan hari ini menunjukkan bagaimana kemuliaan Tuhan itu. Takhta (ay. 2-3) melambangkan kedaulatan kuasa-Nya. Permata melambangkan kemuliaan dan keindahan-Nya. Pelangi adalah lambang janji-Nya (lih. Kej. 9). Kilat dan guruh melambangkan kedahsyatan-Nya. Laut yang Alkitab sering menjadi lambang kekacauan dan pemberontakan, kali ini tenang seperti Kristal di hadapan hadirat-Nya.

            Itulah Tuhan yang kita sembah. Ia bukan hanya baik dan penuh kasih, tapi dahsyat dan penuh kuasa. Ia bukan hanya sahabat, tapi Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala Tuhan yang harus kita sembah dan muliakan. Penglihatan Yohanes menunjukkan betapa kecilnya dan hinanya kita di hadapan-Nya. Masih kita suka menyepelekan dan meremehkan perintah-Nya? Masihkah kita menganggap Dia hanya sebagai salah satu opsi atau pilihan dalam hidup ini? Sebagai sosok paling berkuasa di alam semesta, Dia jelas bukan opsi. Sudah seharusnya Tuhan menjadi prioritas dan sumber pengharapan kita dalam menjalani hiudp. Amin

Post a Comment

0 Comments