Shalom,
betapa kita merasakan sukacita ketika Tuhan hadir dan mendengar serta berkenan
dengan puji-pujian pengagungan yang kita naikkan kepada-Nya melalui suara kita
yang merdu. Sebaliknya Tuhan mau berbicara kepada kita dan Ia mau kita juga
bersedia mendengar suara-Nya.
Kebenaran Firman Tuhan apa yang
diyatakan hari ini? Efesus 6:17-20 menuliskan, “dan terimalah ketopong
keselamatan dan pedang Roh, yaitu Firman Allah, dalam segala doa dan
permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamuitu dengan permohonan
yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus, juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka
mulutku, dikaruniakan perkataan yang
benar agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil yang kulayani
sebagai utusan yang di penjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakan sebagaimana seharusnya aku
berbicara.”
Dari bacaan di atas, Tuhan ingin
kita menyatakan kebenaran sebagaimana seharusnya tidak hanya memlau mimbar
tetapi dimana pun, kapan pun dan dalam kondisi apa pun, seperti pengalama Rasul
Paulus.
Ada
tiga hal penting dalam menyatakan kebenaran sebagaimana seharusnya, yaitu:
· Nyatakan
kebenaran dengan perkataan yang benar.
Rasul Paulus menerima jemaat Efesus untuk mendoakan
dia agar mampu mengatakan kebenaran. Dengan rendah hati, Rasul Paulus memohon
dukungan doa dari jemaat agar dia dikaruniakan perkataan benar. Untuk
menyatakan kebenaran harus dengan perkataan benar agar terhindar dari pemutarbalikan
Firman Tuhan.
Mengapa Rasul Paulus memerlukan perkataan benar
ketika menyatakan Firman Tuhan? Saat itu dia berada dalam tekanan dan kondisi
sulit yaitu dalam penjara. Diperlukan karuni untuk menyatakan kebenaran dengan
perkataan benar supaya perkataan yang keluar tidak timbuk dari diri sendiri
atau untuk kesenangan dan pujian diri sendiri sehingga perkataan tersebut dapat
menguatkan dan menghibur orang lain (ay.17). Ternyata untuk menyatakan yang
benar dibutuhkan karunia dan doa.
Yakobus 3:2 mengatakan kita semua bersalah dalam
banyak hal dan siapa tidak bersalah dalam perkataanya adalah orang sempurna.
Sudahkan kita sempurna dalam perkataan? Belum, tetapi kita belajar bagaimana
memiliki Firman Tuhan dalam kondisi sulit sekalipun untuk dapat memperkatakannya.
Dikatakan pula kita harus dapat memberikan
pertanggung jawaban tentang pengharapan yang ada pada kita (1 Ptr. 3:15-17).
Bagaimana kita dapat memberikan jawaban kebenaran kepada mereka yang meminta
pertanggungjawaban tentang pengharapan? Ketika kita mengahadapai kondisi sulit,
apakah perkataan kita tetap seperti orang yang berpengharapan? Bukankah orang
yang putus asa perkataanya cenderung negatife dan pesimistis? Petrus menasehati
kita untuk memberikan pertanggungjawaban tentang pengaharapan kita akan Kristus
dengan berkati benar, lemah lembut hormat dan hati nurani yang murni.
Selain itu, kita berbicara seperti
menyampaikan Firman Allah (1 Ptr. 4:11) artinya perkataan kita dimana pun dan
dalam kondisi apa pun bersifat membangun dan menghibur bagaikan Tikhius yang
membawa kebenaran dan penghiburan bukan perkataan kosong dan menyakitkan hati.
Marilah kita saling mendoakan supaya berkati benar. Bila hati di penuhi dan
dikuasai kebenaran Firman Tuhan, perkataan yang keluar dari mulut pasti baik
dan benar sebab apa yang keluar dari mulut berasal dari hati (Mat. 12:34).
Walaupun dipenjara, Paulus memohon
doa agar dapat memberitakan rahasia Injil dengan berani untuk memberikan
pengharapan kepada orang-orang yang tidak memiliki harapan dan masa depan.
Yesus pernah memperingatkan
murid-murid-Nya untuk hahti-hati, mereka akan diserahkan ke mahkama agama,
dipukul di rumah ibadat dan dihadapkan ke penguasa dan raja karena Dia tetapi
mereka tidak perlu khawatir apa yang harus dikatakan sebab Roh Kudus akan
menyampaikan perkataan benar (Mrk. 13:9-11).
Jujur kita sering berkati tanpa
berpikir lebih dahulu. Kita ceplas-ceplos berbicara tanpa peduli telah
menyakiti perasaan orang lain. Marilah kita belajar untuk berkati benar dalam
menghadapi anak yang nakal, karyawan yang bandel, majikan yang selalu menuntut
dst. Berdoalah agar Tuhan memberikan perkataan benar dalam memberikan nasihat
maupun teguran sehingga nasihat dan teguran yang baik tidak menimbulkan
pertengkaran/ percekcokan.
· Nyatakan
kebenaran dengan cara yang benar.
Menyatakan kebenaran dengan berani seperti meneur
seorang jangan lah dengan emosi/kemarahan tetapi dengan kasih. Alkitab
memberikan contoh orang yang berani menegur terang-terangan bahkan di depan
umum itulah Paulus yang menegur Petrus yang salah karena telah bersikap munafik
(Gal. 2:11-14). Alkitab juga memberikan tipe lain dalam menegur kesalahan
seseorang yaitu dilakukan dengan kesabaran dan pengajaran (2 Tim. 4:2).
Kadang dibutuhkan kesabaran dalam menasehati maupun
menegur seseorang tetapi kita tetap harus berani menyatakan kebenaran. Oleh
karena Injil, Paulus dipenjara namum dia tetap berani menyatakan kebenaran.
Jangan kompromi dalam menyatakan kebenaran walau harus menghadapi resiko tidak
disenangi, ditolak, dikucilkan bahkan di penjara. Contoh: Yohanes Pembabtis
dipenggal kepalanya gara-gara dia menyatakan kebenaran dengan menegur Herodes
yang mengambil Herodias, istri saudaranya (Yoh. 14:3-11).
Paulus memohon doa dua kali kepada jemaat Efesus
agar ia diberi keberanian untuk memberitakan rahasia Injil (ay.19-20). Dia juga
mengingatkan Timotius muda untuk menasehati dan menegur dengan segala kesabaran
karena ada saatnya orang tidak mau ditegur dan ditunjukkan kesalahannya; mereka
hanya mau mendengar perkataan-perkataan yang menyenangkan telinga mereka (2
Tim. 4:2-3).
Salomo yang berhikmat tahu kapan waktu yang tepat
untuk menyatakan perkataan yang benar (Ams. 15:23). Perkataan yang diucapkan
tepat waktu bagaikan buah apel emas di pinggan perak dan teguran orang bijak
seperti cincin emas dan hiasan kencana telinga yang mendengar (Ams. 25:11-12).
Teguran diperlukan untuk memperbaiki kelakuan dan Tuhan akan mendatangkan
sukacita bagi kita yang menerima teguran dengan baik, pada waktu yang tepat dan
ccara yang tepat.
· Nyatakan
kebenaran dengan kehidupan yang benar.
Kita menyatakan kebenaran melalui kehidupan yang
benar, yaitu kehidupan yang menjadi contoh dan teladan dalam melakukan
kebenaran. Yesus sendiri telah memberikan teladan kerendahan hati bagi
murid-muridnya (Yoh. 13:14-17); Rasul Paulus berani mengajak jemaat Korintus
maupun Filipi untuk mengikuti teladannya (1 Kor. 4:16; Fil. 3:17). Kita tidak
dapat mengubah orang lain tetapi kita dapat menjadi teladan bagi mereka dalam
menghidupi kebenaran Firman Tuhan.
Dalam Efesus 6:21-22, tentu Tikhius melihat kebenaran
di dalam pribadi Rasul Paulus yang patut diteladani; demikian pula Paulus
melihat kesetiaan Tikhius dalam pelayanan sehingga dia dipercaya membawa surat
Paulus untuk diberikan kepada jemaat Efesus untuk menghibur hati mereka.
Sebagai hamba Tuhan dan jemaat yang telah menerima
kebenaran Firman Tuhan, kita diingatkan betapa pentingnya menjadi teladan bukan
hanya dalam perkataan tetapi dalam banyak aspek seperti nasihat Rasul Paulus
kepada Timotius muda untuk menjadi teladan bagi orang-orang percaya dalam perkataan,
tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesuciaan (1 Tim. 4:12). Tuhan ingin kita
menyatakan kebenaran sebgaimana seharusnya dengan perkataan benar, cara yang
benar dan dengan kehidupan yang benar. Oleh sebab itu, hendaknya kita (hamba
Tuhan dan Jemaat) saling mendoakan sebagai anggota tubuh Kristus supaya kita
mampu menyatakan kebenaran di tengah dunia yang jahat.
Kita dapat menjadi alat pendamaian yang membawa iman
di tengah kebimbangan; yang membawa terang di tengah kegelapan; yang membawa
kasih di tengah kebencian; yang membawa kesukaan di tengah kedukaan; yang
membawa pengharapan bagi yang berputus asa. Amin
0 Comments