Pendahuluan
Dalam bahasa Yunani,
kata kesetiaan berasal dari kata yang sama dengan iman. Tentu yang menjadikan
dasar dari kesetiaan kita kepada Tuhan adalah iman kita kepadaNya. Pada saat
kita memikirkan kata kesetiaan, secara tidak langsung kita akan diingatkan
mengenai dua karakter lain yaitu keteguhan dan dapat diandalkan. Bila kita
memiliki iman dalam Tuhan, kita akan menjadi seseorang yang teguh dalam
menjalani hidup dan dalam hidup ini kita dapat menjadi seseorang yang dapat diandalkan
oleh Tuhan dan orang lain.
Sebaliknya, ketidak
setiaan berarti tidak dapat diandalkan. Kantor-kantor dan perusahaan tidak suka
pekerja yang tidak dapat diandalkan. Pasangan suami-isteri juga tidak akan
dapat bertahan lama apabila salah satu dari mereka tidak setia. Dalam hal yang
sama juga, Tuhan tidak dapat memakai hamba yang tidak setia. Tuhan melatih
setiap hamba-hambaNya dengan memberikan mereka tanggung jawab yang kecil
sebelum mempercayakan tanggung jawab yang lebih besar lagi kepada mereka.
Kesetiaan juga berarti kejujuran
dan integritas. Seseorang yang setia akan melakukan tugasnya walaupun pada saat
bossnya tidak ada di kantor. Dia akan melakukan pekerjaannya dengan baik tanpa
harus diawasi. Seseorang yang tidak setia hanya mengerjakan tugasnya saat dia
merasa dia diharuskan. Pada saat lainnya dia tidak akan menuruti peraturan yang
sudah diberikan.
Tuhan Yesus selalu
setia. Dia menghargai kesetiaan dan oleh karena itu Dia mau agar setiap dari
pada kita untuk dapat setia selamanya (Wahyu 2:10)
- Belajar dari
kesetiaan Tuhan
ü Kesetiaan
Tuhan bukanlah hal yang sementara; dari mulanya Allah adalah setia
ü Kesetiaan
Tuhan berasal dari surga. Oleh karena itu kesetiaan-Nya tidak terbatas oleh
keadaan ataupun situasi
ü Saat
Dia mau kita untuk menunggu waktuNya, bukan berarti Dia tidak setia
ü KesetiaanNya
tidak akan meninggalkan kita walaupun saat Dia mendidik kita
ü Kesetiaan
Tuhan itu aktif. Kesetiaannya akan menjangkau dan menolong siapapun yang memanggil
namaNya
Dengan cara yang sama,
kesetiaan kita kepada Tuhan dan orang-orang disekitar kitapun harus tetap.
Jangan biarkan sitiuasi, keadaan dan juga ketidak setiaan orang lain merubah
karakter kita. Kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan
mencium dengan berlimpah-limpah (Amsal 27:6). Dalam kesetiaan, kita
harus menasehati saudara kita apabila mereka melakukan kesalahan.
2. Menanamkan kesetiaan
a. Kesetiaan
berdasarkan dengan ketaatan
Saat kita berkomitmen
untuk mentaati Firman Tuhan, kita akan belajar untuk hidup setia. Disaat banyak
orang memilih untuk meninggalkan kebenaran Firman, kita tetap setia karena kita
mentaati perintah Tuhan. Aku telah
memilih jalan kebenaran, telah menempatkan hukum-hukumMu dihadapanku (Mzm
119:30)
b. Kesetiaan
berdasarkan dengan takut akan Tuhan
Saat kita takut (rasa
cinta, kekaguman dan hormat) kepada Tuhan, kita tidak perlu takut pada hal-hal
lainnya. Dalam 2 Taw 19:9, Yosafat memberikan perintah yang sangat baik kepada
bangsa Lewi – Ia memerintahkan mereka: “Kamu harus bertindak dengan takut akan
Tuhan, dengan setia dan tulus hati.”
Dengan takut akan
Tuhan, kita akan melayani-Nya dengan sepenuh hati. Memberikan yang terbaik dan
mempersiapkan pelayanan dengan baik. Ini akan terlihat berbeda dibandingkan
apabila kita melayani dengan sikap yang “seenaknya saja” saat kita tidak
menghormati Raja diatas segala Raja.
Dengan sikap yang sama,
kita harus setia kepada pasangan kita, kepada siapa kita akan mengikat
perjanjian dihadapan Tuhan, dengan takut akan Tuhan.
c. Kesetiaan
berdasarkan dengan kedatangan Tuhan untuk kedua kalinya
Hamba yang setia akan
tetap setia dan berjaga-jaga menantikan Tuannya. Orang Kristen yang
menanti-nantikan kedatangan Tuhan akan setia menjalankan panggilan dan
tugas-tugasnya. Mereka akan berkerja keras di ladangnya, mengembangkan talenta
mereka dan siap untuk melayani Tuhannya saat Dia datang kembali.
Dalam Matius 24:44-51,
Tuhan menceritakan tentang dua tipe hamba. Tentu setiap dari kita mau menjadi
hamba yang setia dan bijaksana. Hamba yang dipercaya Tuannya. Hamba yang
seperti ini harus tetap setia mengerjakan semua tugasnya agar saat Tuannya
kembali, mereka akan didapati telah melakukan pekerjaannya dengan baik.
Tuhan melanjutkan
dengan perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14 dan selanjutnya. Hamba
yang setia mengerjakan talenta yang sudah diberikan dan melipat gandakannya
sampai kedatangan Tuannya. Dengan cara yang sama, kitapun harus menggunakan
talenta, pemberian dan kasih karunia yang sudah Tuhan berikan selama hidup ini.
Marilah kita tetap
setia terhadap panggilanNya dalam hidup kita sampai akhir masa.
Kesimpulan
Kita membutuhkan Tuhan
untuk membantu agar kita dapat tetap setia. Tanpa pertolonga-Nya sangat sulit
untuk kita dapat setia. Namun degan kita taat kepada Tuhan dan dengan belajar
untuk menanamkan kesetiaan, kita dapat membina hubungan yang dapat bertahan
lama.
0 Comments