Laporan Baca: Sejarah Gereja



A.FORMAT RESENSI BUKU

1.     Identifikasi Buku           

a.     Judul Buku                      : SEJARAH GEREJA

b.     Penulis/Pengarang           : H.Berkhof dan I.H. Enklaar

c.     Tahun Terbit                     : 2011

d.     Tempat Terbit                   : JAKARTA

e.     Penerbit                             : PT. BPK GUNUNG MULIA

f.      Jumlah Halaman               : 391 Halaman


PENDAHULUAN

GEREJA DAN SEJARAHNYA

 

            Pada dasar nya sejarah Gereja berbeda dengan kebudayaan umum dan dengan sejarah aliran-aliran rohani yang lain, karena yang di sebut “Gereja” itu hanya Gereja Kristen. Sebab itu nama gereja tidak boleh di pergunakan agama-agama lain, karena Kristus sendirilah yang membentuk Gereja. Barangsiapa yang hendak mempelajari sejarah Gereja Kristus itu haruslah akal dan sanubarinya diterangi oleh Tuhan sendiri, yang kita kenal hanya dari Perjanjian Baru saja.

            Gereja ada oleh sebab Yesus memanggil orang menjadi pengiringNya (bnd. keterangan tentang arti kata “Gereja” dalam daftar Penjelasan Istilah Asing). Mereka di panggil dalam persekutuan dengan Dia, yaitu Gereja. Jadi wujud Gereja ialah pertama-tama: persekutuan dengan Kristus.Jikalau dalam satu Gereja Kristen persekutuan itu tidak ada, maka Gereja itu tidak berhak di sebut Gereja! Akan tetapi persekutuan dengan Kristus itu selalu berarti pula persekutuan dengan manusia lain. Tatkala Tuhan Yesus memanggil murid-muridNya, maka mereka mengumpulkanNya menjadi suatu rombongan orang yang masing-masing bukan saja terikat erat-erat kepada Penebusnya, tetapi seorang kepada yang lain pula. Kristus telah berjanji akan hadir dimana dua atau tiga orang berhimpun atas namaNya. Hal itu masih berlaku terus. Persekutuan yang beragam dua itu nampak seindah-indahnya dalam Perjamuan Kudus, karena di sanalah jemaat mersakan pertaliannya dengan Kristus dan perhubungannya satu sama lain seerat-eratnya. Paulus sudah pernah mengumpamakan persekutuan yang beragam dua itu dengan menyebut Gereja “tubuh Kristus” (1 Kor 12:12,Ef 4:15 dyb.,Kol 1:18, dan sebagainya).

            Tetapi wujud Gereja Kristen belum cukup diartikan dengan menunjuk kepada persekutuan itu saja. Selain itu perlu juga kita menekan pada tugas atau amanat Gereja. Yesus telah menyuruh pada muridNya, “Pergilah”, jadikanlah semua bangsa muridKu” (Mat 28:19) dan: “Kamuakan menjadi saksiKu . . . sampai ke ujung bumi” (Kis 1:8). Titahnya itu berlaku pula untuk segala pengikutNya di kemudian hari selama bumi ini masih ada. Oleh sebab itu Gereja bukan saja lahir dari amanat Kristus itu, tetapi amanat itu menjadi wujud Gereja yang sewajarnya. Amanat Kristus menjadikan persekutuan Gereja,dan dalam pada itu persekutuan Gereja melaksanakan amanat TuhanNya.


DUNIA HELLENIS PADA AWAL SEJARAH GEREJA


1.Keadaan secara lahiriah. Dunia tempat Gereja mulai timbul ialah kesaksian Romawi. Luasnya kekaisaran itu dari selat Gibraltar sampai sungai Efrat dan dari tanah Mesir sampai Inggris. Batasnya di sebelah utara ialah sungai Rind an Donau, akan tetapi kuasa tentara Romawi dirasa sampai jauh di luar batas itu. Sungguhpun kaisar-kaisar itu nampaknya masih member hak kepda rakyat untuk turut memerintah Negara itu, seperti ketika Romawi masih suatu republik (sebelum kaisar pertama Agustus naik takhta pada tahun 29 SM), tetapi sebenarnya kaisar sendiri sajalah yang memegang kuasa (monarkhia mutlak).

 

2.Keadaan secara batiniah. Sudah tentu kesemuanya itu belum berarti suatu kesatuan batiniah. Sekalipun bangsa-bangsa di daerah-daerah perbatasan takluk kepada Roma secara politik (umpamanya orang Kopt di Mesir, orang Siria atau orang Syam, orang Yahudi, dan sebagainya), tetapi kebudayaan tinggi, yang menguasai hidup rohani pusat kekaisaran Romawi itu, kurang mempengaruhi bangsa-bangsa itu. Mereka masih memelihara sifat dan adatnya sendiri. Sedangkan negeri-negeri sekitar pusat kekaisaran itu pun kurang bersatu secara batiniah. Semangat Romawi di bagian barat berbeda jauh dengan suasana Yunani, di bagian timur. Perbedaan itu juga nyata benar dalam sejarah Gereja, hal mana akan sering kita lihat dalam kitab ini.

 

2.     Pengaruh agama-agama timur. Apakah sebabnya timbul perhatian orang terhadap agama-agama yang baru itu ? Oleh sebab pokok-utama agama-agama itu ialah kelepasan yang dijanjikan kepada manusia, yakni kelepasan dari pada kesukaran di dunia ini, Kehidupan yang penuh kesusahan di bumi di pandang sebagai persediaan saja untuk kehidupan yang sempurna dan baka di akhirat kelak. Tujuan yang indah dan mulia itu harus dikejar dengan beraskese, yakni bertarak, menahan diri, mematikan hawa nafsu daging, dan dengan ambil bagian dalam bermacam-macam tahbisan dan lain-lain upacara rahasia(“misteri”), yang melukiskan dan mengusahakan kemanusia hidup atas maut. Tambahan ini pula agama-agama ini memberikan kepada manusia suatu ilmu kebijakan yang baru, suatu perasaan keamanan dan perlindungan yang menghiburkan hati, serta pengaharapan yang sungguh akan di bebaskan kelak dari segala kesulitan dan kesengsaraan yang di derita oleh tubuh dan jiwa dalam hidup yang fana ini.

 

4. Penyembahan kepada kaisar. Ibadat kepada kaisar adalah satu peryataan yang sangat penting dari hidup keagamaan pada permulaan tarikh Masehi. kebiasaan ini timbul dari pandangan umum di timur, yaitu bahwa kaisar mengandung khasiat yang mengatasi dunia kodrati (alamiah) ini, bahkan ia berasal dari pada dunia ilahi. Ia anggap sebagai Anak Ilah dan Tuhan. Demikianlah misalnya perasaan orang terhadap Alexander Agung (Iskandar Zulkarnain), raja Makedonia yang membawa tentaranya sampai India (325 s.M.).


JEMAAT KRISTEN YANG MULA-MULA


1. Keadaan sidang itu. Hari kelahiran Gereja ialah hari keturanan Roh Kudus pada pesta Pentakosta. Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus, sehingga mereka berani bersaksi tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Dimana orang menyambut Injil dengan percaya kepada Yesus Kristus, di sana terbentuklah jemaat-jemaat kecil. Keadaannya nampaknya seperti mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih mengunjungi Bait Allah dan rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa. Walaupun demikian, nyata juga perbedaan besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan kawan sebangsanya, karena mereka percaya dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret ialah Mesias yang di janjikan itu. Dengan demikian taurat, Bait Allah dan sinagoge lambat laun kurang penting bagi kaum Kristen.

2. Sidang pertama bersifat komunis? Ada orang yang mengatakan bahwa jemaat yang mula-mula itu beesifat komunis berhubung dengan penjualan harata benda yang hasilnya di bagi-bagikan di antara semua saudara sesuia dengan keperluan masing-masing (Kis 2:44 dyb). Tetapi hal itu bukanlah komunisme, karena pemberian itu tidak di atur dengan resmi, pun tidak di haruskan; tambahan lagi hak masing-masing anggota untuk memiliki harta benda yang tidak di perkosa (Kis 5:4). Tiada berapa lama maka pangkat syamas diadakan untuk melayani orang miskin, yakni semua anggota Gereja yang membutuhkan bantuan.

3. Karunia-karunia. Pada masa itu tidak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-rupa “karunia Roh” atau “karunia oleh Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang sakit, mengadakan mujizat, bernubuat dan “karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh” (glosolalia), yaitu mengeluarkan bunyi dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh orang banyak, tetapi yang perlu diterangkan maknanya (1 Kor 12:10).

4. Gereja menjauhkan diri dari keyahudian. Mula-mula orang Kristen di Yerusalem belum sadar akan panggilannya terhadap dunia, tetapi segala aniaya yang di derita dari pihak Yahudi menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mencelikkan mata mereka guna melihat tugasnya, yakni menyebarkan Injil kepada semua bangsa. Supaya maksud itu tercapai perlulah kaum Kristen memisahkan diri dari agama Yahudi. Pemisahan itu mulai sesudah pembunuhan Stefanus, yang menegaskan bahwa taurat dan korban agama Yahudi tak berharga lagi oleh kedatangan Kristus. Lalu jemaat Kristen sangat dianiaya oleh Sanhendrin, sehingga mereka lari kemana-mana. Dengan jalan itu Injil mulai dikabarkan di luar negeri, mula-mula kepda orang Yahudi saja, tetapi kemudian juga kepada orang kafir (bangsa-bangsa lain) pertama-tama di Anthiokhia. Di sanalah pengikut Yesus mula-mula digelar “orang Kristen” (Kis 11:26) dan dari Anthiokhia pulalah Paulus dan Barnabas diutus, baik kepada orang Yahudi, maupun ke daerah kafir. Gereja tak terkurung lagi dalam batas-batas adat dan agama Yahudi; Gereja sedunia mulai berkembang.

5. Pertikaian. Kemudian terbitlah perselisihan antara jemaat muda di antara orang kafir dengan jemaat induk di Yerusalem . Paulus mengutus bahwa hanya iman kepada Yesus Kristus saja yang membawa orang kepada keselamatan. Sehingga orang kafir yang telah bertobat tak usah lagi memenuhi segala tuntutan taurat, misalnya sunat. Banyak orang Kristen di antara kaum Yahudi tak setuju dengan pendirian itu. Pada persidangan rasul-rasul di Yerusalem (Kis 15) hal ini di perbicangkan, sampai kedua pihak sepakat untuk membebaskan orang kafir yang masuk Kristen dari syarat-syarat taurat, kecuali empat hal yang wajib di (perhatikan lihat kis 15:29).

6. Kemunduran jemaat di Yerusalem. Pada waktu kemudian kuasa jemaat di Yerusalem makin surut. Jumlah anggota sedikit saja, jika disbanding dengan Gereja di luar negeri yang bertambah-tambah besar. Menjelang kemusnahan Yerusalem pada tahun70 oleh panglima Romawi Titus, maka orang Kristen asal Yahudi meininggalkan kota itu, karena tak setuju dengan cita-cita dan maksud kaum pemberontak Yahudi. Mereka pindah ke kota Pella di daerah sebelah timur sungai Yordan. Mereka di gelar Ebionit (ebion = miskin bahasa Ibrani)  dan kurang berhubungan dengan Gereja besar, bahkan mereka dianggap penyesat-penyesat, karena mereka menolak ajaran Paulus, dan tidak mengakui pula, bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perawan. Di samping Perjanjian Lama mereka memakai “Injil orang Ibrani,” suatu kitab apokrif. Lama-lama orang Ebionit dilupakan orang, dan sejak Palestina ditaklukkan dan diduduki oleh orang Arab pada abad ke VII tidak ada kedengaran lagi tentang golongan Kristen bekas Yahudi yang kecil dan terpencil itu.

Post a Comment

0 Comments